Cara Dai Rembang Tetap Produktif di Tengah Tantangan Dakwah Masa Pandemi
Sabtu, 13 Juni 2020 | 03:00 WIB
Rembang, NU Online
Manfaatkan teknologi dalam berdakwah untuk menyebarkan agama Islam merupakan langkah tetap produktif yang dilakukan para dai di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Para dai menggunakan radio dan media sosial supaya tetap bisa berdakwah meski di tengah pandemi Covid-19.
Wakil Katib Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Rembang Muhammad Fahrudin mengatakan dalam berdakwah harus bersungguh-sungguh dengan niat mengajak umat agar dekat kepada sang pencipta. Khususnya umat Islam yang sekarang ini dihadapkan dengan situasi pandemi supaya tidak berhenti belajar ilmu agama atau mengaji.
"Kita harus pandai menyiasati bagaimana dakwah tetap berjalan melalui media soial meski kondisi pandemi, dengan niat kuat agar visi misi dakwah sampai kepada umat," kata Fahrudin.
Fahrudin menambahkan dalam belajar ilmu agama di Nahdlatul Ulama (NU) memperhatikan betul kesanadan ilmu dan keberkahan ilmu. Selain itu, etika santri kepada guru dalam menuntut ilmu sangat ditekankan karena menyimpan rahasia-rahasia di dalamnya.
Ia menyebutkan dalam menuntut ilmu agar bertemu langsung antara santri dengan guru supaya dapat dipraktikkan secara langsung dan mendapat berkahnya.
"Karena ada pandemi kita tetap mengikuti anjuran pemerintah dengan berdakwah melalui media sosial dan konsisten menggunakan kitab," bebernya.
Pihaknya menyarankan kepada para dai untuk menggunakan kitab sebagai acuan dan sebagai sarana referensi dalam menyampaikan dakwahnya. Hal tersebut selanjutnya membatasi dai agar tidak keluar jalur dalam berdakwah dan supaya ketika menyanpikan materi bisa terarah, serta mudah diterima umat.
"Para dai harus konsisten menggunakan kitab saat berdakwah ke umat yang sifatnya kajian. Karena ditakutkan jika tidak menggunakan kitab yang disampaikan bisa keluar batas seperti yang terjadi di media sosial sekarang ini," saran Fahrudin yang juga sebagai dai.
Ia berharap para dai yang dimiliki Nahdlatul Ulama agar terus berjuang di dunia dakwahnya masing-masing seperti yang sudah dikomando oleh Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) pusat ke wilayah dan cabang, serta ranting-ranting. Hal tersebut selanjutnya merupakan momentum para dai NU untuk ikut andil mengisi ruang dakwah di media sosial guna mempersempit konten-konten ujaran kebencian.
"Meski bukan peran pokok berdakwah yang semestinya, contohnya santri bertemu langsung kepada guru. Bahwa dakwah menggunakan media sosial bisa membentengi orang awam dari kelompok menyimpang karena banyak dimonopoli kelompok-kelompok tertentu," sebutnya.
Sebelum ada pandemi Fahrudin melakukan dakwah di beberapa tempat seperti di majlis taklim dengan jadwal seminggu sekali dan di kediamannya yang rutin setiap hari. Namun adanya pandemi ini membuat dakwahnya harus dilakukan secara daring menggunakan media sosial dan melalui radio.
Kotributor: Mochamd Ronji
Editor: Kendi Setiawan