Gus Firjaun: Santri Perlu Dipoles untuk Jadi Pelaku Ekonomi
Kamis, 24 Desember 2020 | 14:00 WIB
Mustasyar PCNU Jember, Jawa Timur, KH Firjaun Balya Barlaman (tengah) di Rapat Kerja I Asosiasi Himpunan Santri Nasional (AHSAN) Jember di Desa Wirowongso, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)
Jember, NU Online
Mustasyar PCNU Jember, Jawa Timur, KH Firjaun Balya Barlaman menegaskan bahwa santri mempunyai potensi yang luar biasa untuk mengembangkan diri dalam bidang ekonomi. Sebab secara prinsip, santri mempunyai modal untuk menekuni usaha ekonomi. Modal tersebut adalah jujur dan ulet. Buktinya tidak sedikit santri yang menjadi pengusaha, berangkat dari nol.
“Cuma (santri) memang perlu dipoles untuk jadi pelaku ekonomi agar lebih cepat gerakannya,” ujarnya di sela-sela Rapat Kerja I Asosiasi Himpunan Santri Nasional (AHSAN) Jember di Desa Wirowongso, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Kamis (24/12).
Menurut Gus Firjaun, sapaan akrabnya, menghadapi era globalisasi ini santri perlu memperluas jangkauan kegiatan, tidak hanya berkutat dengan kitab kuning dan sebagainya, tapi juga perlu memikirkan kemajuan ekonomi, dan bahkan terjun di dalamnya sebagai pelaku ekonomi.
“Islam sendiri menganjurkan agar kita mencari bekal akhirat tapi jangan lupa bekal dunia,” tambahnya seraya menukil sebuah ayat Al-Qur’an.
Dikatakannya, santri masa kini adalah santri yang mempunyai kemampuan ganda, yaitu cakap dalam bidang agama dan pada saat yang sama memiliki keterampilan ekonomi. Bagi santri, keterampilan ekonomi penting dimiliki untuk menjawab tantangan zaman yang semakin kapitalis.
“Intinya, santri tidak cuma fokus di kitab kuning tapi juga punya keterampilan ekonomi yang mumpuni, menjadi pelaku ekonomi dan sebagainya,” terang Gus Firjaun yang juga pembina AHSAN Jember.
Sementara itu, Ketua Umum AHSAN Jember, H Slamet Sulistiyono menegaskan bahwa salah satu tujuan pokok didirikannya AHSAN adalah untuk memberdayakan santri. Katanya, santri jika diberdayakan secara ekonomi, maka tentu pengaruhnya cukup banyak bagi kemajuan ekonomi umat Islam.
“Kami (AHSAN) sifatnya memfasilitasi agar bagaimana caranya santri bisa menjadi pelaku ekonomi, lalu menjadi pengusaha, sehingga santri tidak hanya mandiri tapi juga bisa memberi manfaat secara ekonomi,” terang H Slamet, sapaan akrabnya.
Selain itu, AHSAN juga bertekad untuk mencetak santri tani milenial. Kata H Slamet, sesungguhnya santri tidak asing dengan pertanian karena rata-rata santri adalah anak petani. Meski demikian, santri masih belum fokus untuk terjun menekuni pertanian. Walaupun punya sawah tapi sawah itu sering kali digarap apa adanya, sehingga tidak memberikan nilai tambah.
“Tapi santri tani milenial, akan kami edukasi, kami beri pelatihan agar kreatif dalam menggarap sawah, baik milik sendiri atau menyewa. Sehingga sawah bisa memberikan sesuatu yang lebih,” pungkasnya.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin