Ketua LPTNU Aceh: Pendidikan Karakter ala Pesantren Wujudkan Generasi Emas di Era Digital
Sabtu, 13 Agustus 2022 | 10:30 WIB
Ilustrasi: Perguruan tinggi berbasis pesantren atau agama sebagai salah satu solusi dalam membentuk peserta didik yang berkarakter. (Foto: istimewa)
Banda Aceh, NU Online
Berdasarkan jumlah penduduk, Indonesia berada pada urutan keempat terbanyak di dunia. Menyikapi ini tentu Indonesia membutuhkan generasi unggul yang dapat memajukan dan menaikkan derajat bangsa. Salah satu upaya untuk menghasilkan generasi yang unggul di era digital ini adalah dengan adanya pendidikan berkarakter atau sistem pendidikan yang berkompetensi.
Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi Nahldatul Ulama (LPTNU) Provinsi Aceh, Tgk Muhammad Yasir mengatakan hal itu kepada NU Online, Jumat (12/8/2022).
Kandiddat doktor UIN Ar-Raniry Banda Aceh itu mengatakan perguruan tinggi berbasis pesantren atau agama sebagai salah satu solusi dalam membentuk peserta didik yang berkarakter. Salah satu caranya adalah melakukan kiat-kiat pencerdasan generasi penerus bangsa, tentu salah satunya melalui jalur perguruan tinggi berbasis pesantren atau agama.
"Pemerintah membuat kebijakan melalui Undang-Undang RI NO 20 Tahun 2003 pasal yang menyebutkan fungsi dari pendidikan Nasional untuk mencerdaskan dan membentuk karakter bangsa. Empat nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter adalah nilai agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional," lanjutnya
Ketua STIS NU Aceh menambahkan pada tahun 2035 merupakan target generasi emas yaitu generasi yang saat ini sedang mengenyam pendidikan sehingga akan meraih kesuksesan di tahun 2035. Untuk itu, saat ini perlu adanya usaha mempersiapkan generasi tersebut yang menyelaraskan dengan perkembangan zaman yang semakin pesat.
"Tentunya pemerintah sudah memberlakukan kurikulum KKNI sebagai persiapan generasi emas di tahun 2035 kelak. Kurikulum KKNI sangat berbeda dengan pendidikan yang diterapkan dulu, sedangkan pembelajaran yang dilakukan sekarang mendorong siswa berkompeten dalam suatu bidang Ilmu," paparnya.
Putra kelahiran Pidie itu menyebutkan salah satu kurikulum yang diberlakukan saat ini dikenal dengan Kurikulum 2013 hendaknya dapat diimplementasikan sebaik mungkin. Caranya dengan melibatkan segenap komponen masyarakat terkait. Selain itu juga menyarankan kepada Mendikbud beserta jajarannya untuk melakukan sosialisasi secara optimal ke sejumlah kalangan terkait dengan penerapan kurikulum.
"Pendidikan karakter adalah konteks yang penting pada abad ini untuk mengatasi krisis moral yang melanda Indonesia. Untuk itu pemerintah membuat kebijakan pendidikan dalam kurikulum 2013 untuk memiliki peserta didik yang berkarakter. Dengan bantuan pelaku pendidikan, pemerintah, pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat peserta didik dapat memperoleh pendidikan karakter yang efektif. Selain itu untuk menghadapi perkembangan teknologi dan komunikasi peserta didik membutuhkan guru yang profesional.
Sekjen Himpunan Ulama Dayah Aceh Banda Aceh itu menyebutkan pada tahun 2045 merupakan target generasi emas yaitu generasi yang saat ini sedang mengenyam pendidikan sehingga akan meraih kesuksesan di tahun 2045. Untuk itu, saat ini perlu adanya usaha mempersiapkan generasi tersebut yang menyelaraskan dengan perkembangan zaman yang semakin pesat. Oleh karena itu pemerintah merancang kurikulum 2013 sebagai persiapan generasi emas di tahun 2045 kelak.
Lebih lanjut, Tgk Muhammad Yasir mengatakan setiap perubahan tentu melahirkan tantangan sekaligus peluang untuk maju. Pengalaman bangsa kita dan juga bangsa lain tentu mengajarkan bahwa mengakomodasi nilai-nilai baru dan meninggalkan nilai-nilai lama yang usang dimakan zaman tentulah tidak mudah. Namun, selalu ada harapan dan optimisme untuk selalu maju ke depan menuju kondisi bangsa yang lebih baik dan maju.
"Mengutip pendapat Filsuf Bertrand Russel mengatakan, kurikulum penting, tetapi yang tak kalah penting juga metode pengajaran dan spiritnya. Dengan metode pengajaran yang tepat dan mengena dalam mengimplementasikan kurikulum pendidikan, ditambah spirit pendidikan yang selalu menyala di setiap pengajar dan peserta didik, proses pendidikan itu sendiri tidak terlepas dari rohnya," ulasnya.
Kontributor: Helmi Abu Bakar
Editor: Kendi Setiawan