Daerah

MWCNU Baki dan Gatak Persiapkan Konferensi

Ahad, 22 April 2012 | 10:00 WIB

Sukoharjo, NU Online
Menyongsong konferensi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Baki dan Gatak, ratusan kader NU di dua kecamatan itu hadiri acara silaturrahmi Pengurus Cabang NU Sukoharjo dengan jajaran pengurus MWC Baki dan Gatak di Masjid Jami Baki, Sabtu (21/4). <>

Ketua PCNU Sukoharjo M Nagib Sutarno dalam sambutannya menjelaskan, reorganisasi dalam sebuah lembaga moderen adalah suatu keharusan dilakukan untuk tumbuh kembangnya organisasi dan kader-kader NU. 

”MWCNU Baki dan Gatak harus segera lakukan konferensi, susun kepengurusan dan membuat program kerja yang baru,” tegas Sutarno. 

Dikatakan, hampir di setiap peristiwa “teror” di tanah air, Kabupaten Sukoharjo selalu dikait-kaitkan sebagai habitat kekerasan. ”Baki dan Gatak itu salah satu tempat persembunyian kelompok Islam radikal,” kata pengasuh Pondok Darul Hasan Polokarto. 

Menurut catatan NU Online, kasus-kasus kekerasan bernuansa agama di Kecamatan Baki dan Gatak, diantaranya sweeping di GKJ Daleman, Baki (2009), Perusakan GKJ Gebyog, Ngemplak, Kartasura (2010) dan teror bom molotov di Kapel Gereja Katolik Kristus Raja, Blimbing, Gatak (2010), serta kasus kasus penggrebekan jaringan teroris di Tangkil Baru, Manang, Grogol. 

Selain hal tersebut di Kabupaten Sukoharjo juga berdiri pondok pesantren Al Mukmin Ngruki pimpinan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang dikaitkan dengan gerakan Islam radikal Jama’ah Islamiyah (JI) sekarang bermertamorposis menjadi Jamaah Anshorut Tauhid (JAT). Dan beberapa pondok pesantren baru yang diduga beraliran wahabi.

“Banyaknya kasus kekerasan di wilayah sekitar Baki dan Gatak, itu menunjukkan bahwa NU-nya nyenyak tidur,” kata Sutarno. 

Untuk membendung gerakan Islam radikal kata Sutarno, MWC NU Baki dan Gatak harus kerja keras. Pertama solidkan organisasi dengan memperluas kepengurusan hingga ranting dan anak ranting. Kedua, susun perencanaan program kerja yang smart. Ketiga bangun silaturrahmi dengan Kyai dan tak lupa hidupkan tradisi amaliah NU. 


Redaktur      : Syaifullah Amin
Kontributor  : Cecep Choirul Sholeh 


Terkait