Probolinggo, NU Online
Menunaikan ibadah haji ke tanah suci tidak hanya didominasi oleh orang dari golongan atas. Orang golongan menengah ke bawah pun bisa juga berangkat haji asalkan ada kemauan dan usaha. Hal ini dialami Asizah (85), warga kelurahan Kanigaran kecamatan Kanigaran kota Probolinggo.
<>
Berkat kerja kerasnya, nenek yang memiliki 5 orang anak dan 10 cucu ini akan berangkat menunaikan ibadah haji tahun ini. Dalam kesehariannya, Asizah bekerja sebagai penjual sayur di pasar dadakan pagi Krempyeng Kota Probolinggo. Rumah yang ditempatinya pun sangat sederhana.
Selama 20 tahun, Asizah selalu menyisakan rejeki dari berjualan sayur untuk ditabung. Sedikit demi sedikit tabungan sang nenek digunakan untuk membeli emas yang disimpan sebagai perhiasan berharga. Setelah terkumpul cukup banyak, emas-emas itu kemudian dijual untuk pembiayaan ibadah haji dirinya dan sang suami.
Asizah menerima kenyataan pelaksanaan ibadah haji bersama suaminya yakni Sadra’i harus pupus. Karena pada pertengahan tahun 2014 lalu, tepatnya setahun sebelum jadwal pemberangkatan haji keduanya, sang suami lebih dulu meninggal dunia.
Menurut Muda, anak nenek Asizah, sejak dahulu ibunya memang berkeinginan naik haji, bahkan tiap ada orang berhaji, ibunya selalu rutin mengunjungi hanya untuk minta doa agar bisa juga berhaji.
“Rajin menabung selama 20 tahun, rencananya naik haji berdua sama bapak. Namun bapak keburu meninggal. Ibu saya juga rajin berdoa agar bisa menunaikan rukun Islam ke 5,” kata Muda, Sabtu (29/8).
Meski demikian, Asizah yang telah berusia senja dengan kondisi fisik renta ini tak patah niat dan semangat untuk menunaikan rukun Islam kelima, berangkat haji ke tanah suci Mekkah. “Sejak 20 tahun saya menabung, seadanya dari hasil jualan sayur Rp 2 ribu,” tutur Asizah.
Kelima anaknya selalu mendampingi rutininas keseharian sang nenek menjelang keberangkatan haji. Rencananya, Asizah akan berangkat pada 9 September 2015 mendatang bersama Calon Jamaah Haji (CJH) lain di Kota Probolinggo. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)