Guru Besar UI Sebut Trump Paksa Usir Warga Palestina, Ini yang Perlu Dilakukan Indonesia
Rabu, 19 Maret 2025 | 07:00 WIB

Guru Besar Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana saat berbicara pada Iftar Talk yang digelar Institute for Humanitarian Islam di Hotel Arya Duta, Jakarta, Selasa (18/3/2025).
Jakarta, NU Online
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Prof Hikmahanto Juwana memberikan prediksi mengenai masa depan Palestina, yang menurutnya dapat terancam oleh kebijakan Presiden Donald Trump. Hal ini terkait dengan situasi di Gaza yang semakin memanas, terutama setelah peristiwa serangan pada 7 Oktober.
"Jadi kalau saya ditanya bagaimana masa depan Palestina di bawah kepemimpinan Donald Trump akan bisa jadi ini akan dilakukan dengan janji-janji manis dari presiden Trump bahwa akan ada rekonstruksi yang akan membutuhkan rakyat Palestina keluar dari Gaza," katanya saat Iftar Talk yang digelar Institute for Humanitarian Islam di Hotel Arya Duta, Jakarta Selasa (18/3/2025).
Prof Hikmahanto menyoroti rencana yang mungkin akan dijalankan oleh negara-negara besar, termasuk Amerika Serikat, yang akan berusaha merelokasi sekitar 2 juta warga Palestina dari Gaza.
Meskipun hal ini mungkin disambut dengan baik di Indonesia sebagai bentuk solidaritas, ia menegaskan bahwa hal tersebut berisiko mengosongkan Gaza tanpa perlawanan, memberi kesempatan bagi Israel untuk menguasai wilayah tersebut sepenuhnya.
"Mungkin kita di Indonesia kita akan menyambut baik membuka tangan kita karena solidaritas kita, tapi saudara-saudara sekalian, tidakkah Anda berpikir bahwa dengan cara seperti itu berarti Gaza bisa dikosongkan tanpa ada senjata, tanpa ada kritikan. Dan Gaza pada saatnya nanti akan dikuasai oleh Israel," ujarnya.
Lebih lanjut, Prof Hikmahanto memandang bahwa kebijakan Presiden Trump dalam masalah ini kemungkinan besar akan melibatkan langkah-langkah yang lebih komersial. Mengacu pada kebijakan Trump terhadap Ukraina, di mana AS menarik dukungan militer, ia melihat bahwa Trump mungkin akan meminta konsesi dari Israel, dengan janji-janji pembangunan dan rekonstruksi Gaza sebagai imbalannya.
"Ini bukan sesuatu yang baru, strategi seperti ini dan Ukraina tahu tanpa dukungan Amerika hanya badan negara-negara Eropa maka Ukraina akan selesai dalam waktu tiga hari," jelasnya.
Prof Hikmahanto juga mengkritik kebijakan Amerika Serikat yang sering kali bertentangan dengan hak asasi manusia, mengingat adanya tindakan tegas terhadap demonstrasi yang menentang kebijakan Israel, seperti yang terjadi di Universitas Columbia, Amerika Serikat. Di sana, mahasiswa yang berdemonstrasi menentang perlakuan Israel terhadap Palestina bahkan ditangkap dengan tuduhan pelanggaran terorisme.
Menurutnya, Amerika Serikat yang mengklaim membela kebebasan berpendapat dan hak asasi manusia sebenarnya tidak menjalankan prinsip tersebut dengan konsisten, terutama dalam hal Palestina.
“Di Indonesia, kita harus bisa melakukan tindakan-tindakan menunjukkan kepada Presiden Trump bahwa tindakan yang dilakukan terutama dalam mendukung Israel dalam melakukan pemusnahan, penghilangan terhadap rakyat Palestina di Gaza adalah suatu kejahatan," terangnya.