Joe Biden Kecam Aksi Militer di Myanmar: Sangat Keterlaluan
Senin, 29 Maret 2021 | 15:15 WIB
Jakarta, NU Online
Presiden Amerika Serikat Joe Biden terang-terangan menyebut langkah represif yang dilakukan pihak militer di Myanmar sebagai aksi yang "sangat keterlaluan". Biden mengecam aksi militer yang hingga kini telah menewaskan ratusan warga Myanmar yang berupaya menegakkan demokrasi dan menolak kudeta militer.
Kantor berita AFP melaporkan pernyataan Biden itu yang disampaikan sehari setelah pasukan keamanan menewaskan lebih dari 100 orang, termasuk tujuh anak.
Myanmar mengalami pergolakan sejak militer menggulingkan dan menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021 lalu. Hal itu memicu protes-protes massal yang menuntut agar demokrasi dipulihkan.
Pada Sabtu (27/3) lalu, sedikitnya 107 orang tewas di seluruh Myanmar ketika pasukan keamanan menembaki para demonstran.
"Mengerikan. Sangat keterlaluan dan berdasarkan laporan yang saya terima, banyak orang tewas dan itu seharusnya tidak perlu terjadi," kata Biden kepada para wartawan dalam sambutan singkat yang disampaikannya di negara bagian Delaware dikutip dari VOA.
Korban tewas akibat tindakan keras sejak kudeta 1 Februari telah naik menjadi setidaknya 459 orang, menurut organisasi pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP). Sejauh ini, Sabtu (27/3) menjadi hari yang paling mematikan sejak kudeta. AAPP mengatakan, 13 lagi tewas pada Ahad (28/3).
Di wilayah Sagaing, ratusan pelayat berbaris di tepi jalan untuk memberi penghormatan kepada siswa perawat, Thinzar Hein, usia 20 tahun, yang ditembak tewas saat membantu petugas penyelamat memberi pertolongan pertama kepada pengunjuk rasa yang terluka.
Sementara korban anak-anak meningkat, 60 anak di sebuah kota di negara bagian Karen menggelar parade protes. Mereka didampingi ibu mereka, media lokal melaporkan.
Di Yangon, seorang anak berusia satu tahun masih dalam proses pemulihan setelah operasi matanya. Mata anak tersebut tertembak peluru karet saat bermain di dekat rumahnya pada Sabtu, hari ulang tahunnya.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan perayaan rezim angkatan bersenjata Myanmar dirusak oleh "hari yang mengerikan dan memalukan."
Turki juga mengecam keras tindakan keras itu dan menyatakan keprihatinan bahwa Rezim Militer di Myanmar semakin meningkatkan penggunaan kekuatan mematikan terhadap warga sipil dan mengabaikan seruan komunitas internasional.
Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Muchlishon