Jakarta, NU Online
Setelah sekian lama ditunggu, akhirnya Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama ((PCINU) Hong Kong, meluncurkan Kartu Tanda Anggota Nahdlatul Ulama atau Kartanu. Peluncuran ditandai dengan penandatanganan kerja sama oleh General Manager BNI Hong Kong Wan Andi Aryadi dan Ketua PCINU Hong Kong Kistiawanto di ruang Galeri BNI Hong Kong, Ahad (12/1).
Turut hadir dalam peluncuran Kartanu tersebut antara lain, Konsul Jenderal RI di Hong Kong, Ricky Suhendar, Ketua Dewan Pembina Santri Millenial Center NU (SiMaC) Gus Ahmad Syauqi, dan Pemimpin Divisi Internasional BNI, Eko Setyo Nugroho.
Menurut Wakil Ketua PCINU Hong Kong, Muhammad Ali, Kartanu tersebut bukan semata-mata sebagai kartu identitas keanggotaan seorang warga NU. Namun juga sekaligus berfungsi sebagai ATM dan kartu debit untuk transaksi belanja dan sebagainya.
“Memang seperti itu, sebab warga kita adalah pekerja migran yang mempunyai kebutuhan yang bersentuhan dengan perbankan,” ucapnya kepada NU Online lewat sambungan telepon, Senin (13/1).
Ali menyatakan bahwa minat warga NU di Hong Kong untuk memiliki Kartanu cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari respons mereka saat diadakan sosialisasi Kartanu beberapa waktu sebelumnya melalui pengajian rutin dan pemberitahun di sejumlah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU).
“Mereka bangga memiliki Kartanu sebagai identitas organisasi, apalagi juga mempunyai fungi lain, mereka tambah butuh (Kartanu). Target kami setidaknya 8000 orang bisa memiliki Kartanu,” jelasnya.
Untuk mendapatkan Kartanu cukup mudah. Warga bisa memasukkan data diri melaui gawai yang itu sudah terkoneksi dengan database di kantor PCINU Hong Kong. Atau jika kurang paham, warga tinggal menghubungi relawan untuk mendata calon pemilik Kartanu.
“Nanti nyetak kartunya di BNI Hong Kong,” ucapnya.
PCINU Hongkong saat ini mempunyai 6 MWCNU dan 50 Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama. Sebulan sekali PCINU Hong Kong menggelar pengajian rutin dengan melibatkan pengurus MWCNU dan Pengurus Ranting serta warga sekitar.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi