Ketua PWNU Jabar Ungkap Pentingnya Berdzikir di Tengah Kemajuan Teknologi Informasi
Selasa, 28 Juni 2022 | 15:30 WIB
Bandung, NU Online Jabar
Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, KH Juhadi Muhammad mengungkapkan pentingnya berdzikir di tengah kesibukan manusia dalam menjalani urusan dunia dan hantaman kemajuan teknologi informasi.
"Jika tidak diimbangi dengan kekuatan batin, kekuatan hati nurani, iman, ilmu dan penguasaan teknologi serta kekuatan pendekatan kita kepada Ilahi Rabbi dengan berdzikir, maka niscaya kita semua akan tergerus dan terbawa arus perubahan zaman yang dahsyat ini," Ungkap Kiai Juhadi di acara Jabar Berdzikir yang digelar di Masjid Bandung Raya pada Senin (27/6/2022).
Ia menambahkan, fungsi NU sebagai perkumpulan atau jam’iyyah diniyyah islamiyyah ijtima’iyyah adalah untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa, dan ketinggian harkat dan martabat manusia.
Pimpinan Ponpes Hidayatuttholibiin tersebut juga mengutip perkataan Rais Akbar NU Hadratusyekh Hasyim Asy’ari dalam Qanun Asasi NU yang menyebutkan bahwa Persatuan, ikatan bathin satu dengan yang lain saling bantu menangani satu perkara dan seia-sekata adalah merupakan penyebab kebahagiaan yang terpenting dan faktor paling kuat bagi menciptakan persaudaraan dan kasih sayang.
Menurutnya, banyak negara-negara yang menjadi makmur, hamba-hamba menjadi pemimpin yang berkuasa, pembangunan merata, pemerintahan ditegakkan, dan lain-lain disebabkan dari hasil persatuan merupakan keutamaan yang paling besar dan merupakan sebab dan sarana paling ampuh.
"Satu kaum apabila hati-hati mereka berselisih dan hawa nafsu mereka mempermainkan mereka, maka mereka tidak akan melihat sesuatu tempat pun bagi kemaslahatan bersama. Mereka bukanlah bangsa yang bersatu tapi hanya individu- individu yang berkumpul dalam arti jasmani belaka. Hati dan keinginan-keinginan mereka saling selisih. Engkau mengira mereka menjadi satu, padahal hati mereka berbeda-beda," jelasnya.
"Pesan Mbah Hasyim Asy’ari tersebut sangat jelas dan tegas bahwa apabila hati kita telah berselisih dan hawa nafsu telah mempermainkan kita maka pasti kita tidak akan melihat suatu kemaslahatan di manapun. Untuk itu dengan berdzikir, senantiasa mengingat Allah, senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, semoga hawa nafsu yang mengungkung diri kita ini dapat kita kendalikan sehingga hati nurani kita menjadi hidup, bersinar dan bercahaya yang pada akhirnya mampu menuntun kita untuk menggapai keridhoan Allah SWT," tutur Kiai Juhadi.
Dalam konteks Jam’iyah Nahdlatul Ulama, sambungnya, jika kita semua bersatu padu, menghindari perselisihan dan perpecahan, mejauhkan diri dari salah sangka, menghindari suudzon dan fitnah, mampu mengandalikan hawa nafsu serta mampu menggalang kekuatan seluruh komponen NU di Jawa Barat ini, maka niscaya kita semua akan mampu mencapai tujuan pendiri NU seperti disebutkan di atas.
"Tantangan kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Jawa Barat ini sangatlah berat, terutama dengan tingginya angka intoleran, maraknya kelompok ektrimis dan radikalis dan teroris, pengusung dan pangasong ideologi khilafah, gerakan wahabisme dan berkembangnya kelompok-kelompok yang dengan mudahnya menuduh bid’ah, syirik, khurafat, kafir dan masuk neraka terhadap tradisi, budaya, amaliyah serta ibadah yang selama ini di pegang teguh oleh warga NU yang diwariskan secara turun temurun dan diajarkan oleh para auliya, para ulama, para ajengan serta para kasepuhan kita, yang sudah sangat jelas dalilnya dan sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah SAW," jelas Kiai Juhadi.
"Kami dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Barat ingin mengajak kepada kita semua untuk senantiasa melembutkan hati, saling menghormati dan menghargai, mengedepankan budaya tabayyun atau konfirmasi, menjaga toleransi, mengembangkan moderasi, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan demi keutuhan negeri yang kita cintai ini," paparnya.
Selain itu, Kiai Juhadi juga menjelaskan, bahwa radikalisme, terorisme, dan ekstremisme janganlah dilihat secara diametral, sehingga pemberantasannya tidak hanya dengan pendekatan pemberangusan, atau menebar caci maki dan kemarahan, tetapi harus melakukan pendekatan keadilan sosial dan kegiatan ekonomi yang berdampak pada kenyangnya akal, perut, dan ruh.
Dirinya menjelaskan, dengan cara itu mereka semakin tidak punya tempat di negeri ini bahkan tidak terlintas sedikitpun dalam akal pikiran siapapun yang menghuni Bumi Nusantara ini.
"Tentu saja solusi dari semua persoalan tersebut adalah dengan mewujudkan keseimbangan dalam suplai makanan bergizi untuk tiga hal: Suplai makanan buat akal melalui penguatan ilmu, pengetahuan, dan pengalaman Suplai makanan buat perut, syahwat dan jasad melalui pemerataan pembangunan, mewujudkan keadilan ekonomi dan kesejahteraan, dan Suplai makanan buat soul (ibadah berkualitas) dengan pendekatan keagamaan, dakwah dan pembangunan non material yang juga harus diutamakan seiring dengan pembangunan fisik dan material yang terus digalakkan," tegasnya.
Ia juga mengingatkan pesan yang sering disampaikan oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf bahwa program yang di kerjakan menyangkut agenda-agenda sosial ekonomi, sesungguhnya adalah agenda-agenda sekunder bagi NU. Sementara agenda utama NU adalah tetap agenda-agenda keagamaan, agenda untuk membangun kehidupan beragama diantara umat Islam, menghadirkan Islam sebagai agama yang membawa maslahat bagi seluruh dunia, bagi seluruh umat manusia dan memberikan panduan bagi umat di dalam menjalan agama ini dengan sebaik-baiknya.
"Berdasarkan hal tersebut, maka PWNU Jawa Barat akan tetap fokus pada agenda utama Nahdaltul Ulama, yakni agenda keagamaan untuk membawa kemaslahan bagi seluruh warga Jawa Barat yang tentu seiring serta sejalan dengan visi Bapak Gubernur Jawa Barat yakni mewujudkan Jabar Juara Lahir Batin," pungkas Kiai Juhadi.
Pewarta: Muhammad Rizqy Fauzi