Musisi Nugie: Pemandangan Indah di Film Harus Sama dengan Aslinya
Sabtu, 26 Juni 2021 | 02:00 WIB
Jakarta, NU Online
Aktivis dan pemerhati lingkungan yang juga musisi, Agustinus Gusti Nugroho atau yang biasa dikenal dengan nama Nugie, menjelaskan pemandangan-pemandangan indah dan asri alur cerita yang dijadikan alur dalam cerita adalah bentuk ajakan tidak langsung kepada penonton untuk menjaga kelestarian tempat tersebut.
"Bahwa memandang suatu yang indah itu memiliki suatu dampak yang baik. Artinya, pemandangan-pemandangan indah yang diketengahkan dalam sebuah cerita yang menarik itu adalah masukan. Kalau ada pemandangan indah di film harusnya pada saat kita datang ke lapangan harus tetap sama indahnya seperti film itu," kata Nugie saat webinar Webinar Produksi Film Bertema Lingkungan, kerja sama NU Online dan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Kamis (24/6).
Menurut Nugie, ajakan pelestarian lingkungan yang selama ini dikampanyekan kepada masyarakat kerap disalah pahami. Padahal menurutnya, kehidupan manusia bergantung pada kelestarian lingkungan yang ditempatinya.
Nugie menceritakan pengalamannya saat Ia berkeliling Indonesia, hamparan keindahan bumi pertiwi terlihat jelas hingga dikatakan seorang ahli sains bahwa bumi pertiwi yang adalah hamparan surga yang menyimpan banyak keelokan di dalamnya.
"Banyak gambar saya lihat diseluruh pelosok Indonesia Raya dari wilayah hutannya, lautnya, pesisirnya, gunungnya itu kata seorang saintis adalah hamparan surga yang belum pernah mereka lihat di belahan bumi mana pun," paparnya.
Nugie menduga kurangnya perhatian dan publikasi media massa menjadi salah satu faktor minimnya daya tarik masyarakat terhadap pelestarian lingkungan. Dan seharusnya itu menjadi bahan pertimbangan semua elemen masyarakat untuk menciptakan gerakan peduli lingkungan secara merata yang terus menerus menyuarakan hingga akhirnya menjadi kebutuhan bagi masyarakat di Indonesia.
"Saya sendiri sangat jarang menemukan headline gerakan peduli lingkungan di media massa,” terang pemilik Album Trilogi Bumi, Udara, dan Air ini.
Kampanye tersebut selain bertujuan mendorong masyarakat menjaga lingkungan juga sebagai upaya pengedukasian beberapa fungsi alam yang selama ini belum diketahui masyarakat banyak.
"Contohnya manfaat tanaman mangrove yang mungkin bagi kalangan perkotaan tidak akan pernah kepikiran apa yang berdampak pada kita kalau mangrove itu tidak ada," jelas pemain film Sang Pemimpi (2009) ini.
Ia menyatakan bahwa ketidaktahuan mereka terhadap isu lingkungan hidup berakibat pada rendahnya kepedulian masyarakat terhadap ekosistem di sebagian lingkungan yang secara langsung tidak mereka rasakan manfaatnya. Namun, terlepas dari itu Nugie berharap kedepannya media-media dapat mengangkat isu ini menjadi isu penting.
"Secara kasat mata mungkin hal-hal itu tidak terasa oleh kita. Bagaimana cara mengenalkannya? Salah satunya adalah oleh media kita diperkenalkan tentang kebutuhan-kebutuhan kita yang menjadi barometer kelangsungan hidup manusia di bumi ini," tegasnya.
Lebih lanjut, Nugie menyambut baik serta mengapresiasi gelaran kompetisi yang mengangkat tema Lingkungan. Apalagi kata Nugie pihak penyelenggara kompetisi ini dari lembaga ormas keagamaan.
"Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini. Dengan mengangkat ide tentang lingkungan ini menjadi sebuah pecerahan bagi saya," kata aktivis sosial ini.
Gelaran kompetisi Film Pendek Peduli Lingkungan berkategori fiksi dan dokumenter ini diselenggarakan oleh NU Online bekerjasama dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM). Kompetisi yang bertajuk Pulihkan Alam, Pulihkan Kemanusiaan ini bersifat bersifat umum untuk seluruh warga Indonesia.
Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Kendi Setiawan