Nasional

Fatayat NU Ikuti Pemeriksaan Kanker Rahim

Selasa, 1 Mei 2012 | 03:29 WIB

Jakarta, NU Online
Internal Pimpinan Pusat Fatayat NU dan belasan warga sekitar mengikuti pemeriksaan kesehatan reproduksi di Kantor PP Fatayat NU, Jl. Kramat Lontar, Jakarta Pusat, Senin (30/4). PP Fatayat NU menjalin kemitraan dengan Tim Mobil Klinik FcP, Female cancer Program-FKUI/RSCM. Praktik pemeriksaan diselenggarakan di lantai 2 Kantor PP Fatayat NU.<>

Untuk memeriksa alat reproduksi wanita, TIM Mobil Klinik menggunakan metode Tes IVA, Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Prosesnya hanya dengan pembersihan leher rahim. Spekulum, alat semacam cocor bebek, membantu proses pembersihan. Pembersihan dilakukan dengan cara memulas leher rahim dengan zat asam asetat 3-5% selama satu menit.

Pemeriksaan paling lama memakan waktu 5-6 menit untuk setiap orangnya. Dengan waktu maksimal 5-6 menit, hasil tes langsung diketahui saat itu juga. Tenaga medis yang memeriksa akan menyimpulkan normal (negatif) atau Lesi pra-kanker (positif).

“Tes IVA sama sekali tidak sakit. Kriteria orang yang memeriksakan kesehatan rahimnya adalah wanita yang sudah bersuami atau pernah melakukan hubungan seksual,” ungkap Emamatul Qudsiyah, anggota Litbang PP Fatayat NU saat ditemui NU Online di Kantor PP Fatayat NU, Senin (30/4) sore.

Tes IVA bagi internal PP Fatayat NU dan belasan warga sekitar, adalah awal dari gerakan Fatayat NU menyongsong harlahnya ke-62. PP Fatayat NU akan memasilitasi pemeriksaan Tes IVA untuk umum. Sedikitnya 1100 wanita Indonesia akan memeriksakan kesehatan reproduksinya dengan gratis di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Minggu 13 Mei 2012 mendatang. Inilah wujud konkrit PP Fatayat NU dalam ranah gerakan perempuan di Indonesia, tandas Emamatul.

Jika hasilnya positif, maka Tes Iva mendeteksi suatu kelainan pada rahim wanita tersebut, yaitu ada Lesi pra-kanker. Lesi pra-kanker adalah gejala kanker leher rahim. Bagi perempuan yang terdeteksi positif, tenaga medis langsung mengobatinya dengan Krioterapi. Krioterapi adalah pengobatan dengan pendinginan leher rahim dengan gas dingin dengan efek samping yang ringan dan mudah diatasi. Gas dingin dimaksudkan untuk membekukan sel-sel yang ditumbuhi jamur.

“Kami membawa 2 tenaga medis. Dengan 2 tempat tidur, kami dapat menghemat waktu pemeriksaan agar tidak terlalu banyak antrean,” sela Drajat, komandan TIM Mobil Klinik sambil tertawa.

Idealnya tes IVA tidak lebih dari 3 tahun sekali. Leher rahim berpotensi menjadi kanker dalam waktu 3-17 tahun. Karenanya, penting dilakukan pencegahan dini dengan pemeriksaan reproduksi secara berkala, tambahnya.

Ia  menambahkan bahwa faktor pendukung terjadinya kanker leher rahim amat banyak. Tetapi, faktor yang paling dominan antara lain kawin usia muda (di bawah 20 tahun), mitra seksual yang berganti-ganti, infeksi pada kelamin (infeksi menular seksual), banyak melahirkan anak, merokok, dan kekurangan vitamin A/C/E.

Kanker leher rahim bisa dibilang merupakan kanker terbanyak diderita perempuan di Indonesia. Rumah sakit sentral di Indonesia mendata 15.000 pasien baru kanker leher rahim tiap tahunnya. Sedikitnya 8000 pasien diantaranya, meninggal dunia.

Itu baru yang terdata rumah sakit, tegasnya kepada NU Online. Sejumlah 20 lebih perempuan tampak lalu lalang. Mereka berusia 25 tahun ke atas.

"Dengan data di atas, kita bisa hitung bahwa hampir tiap 1 jam, satu perempuan Indonesia kedapatan meninggal dunia akibat kanker tersebut," pungkasnya.


Redaktur: A. Khoirul Anam
Penulis   : Alhafiz Kurniawan


Terkait