Gelar FGD, PSTI Soroti Jaminan Keamanan Suporter saat Saksikan Pertandingan
Selasa, 20 Juni 2023 | 22:00 WIB
Focus Group Discussion (FGD) 'Pemberdayaan Suporter sebagai Napas Sepakbola Indonesia' di Kampus Universitas 17 Agustus 1945,Selasa (20/6/2023) menyoroti jaminan keamanan suporter. (Foto: istimewa)
Jakarta, NU Online
Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk 'Pemberdayaan Suporter sebagai Napas Sepakbola Indonesia' di Kampus Universitas 17 Agustus 1945 (UTA '45), pada Selasa (20/6/2023).
FGD tersebut mendiskusikan soal pemberdayaan suporter yang merupakan bagian terpenting. Sebab suporter adalah napas bagi sebuah pertandingan sepak bola.
Ketua Umum PSTI Ignatius Indro menyoroti soal jaminan keamanan dan kenyamanan suporter saat menyaksikan pertandingan yang selama ini tidak ada. Bahkan, ia menyebut bahwa hingga saat ini, suporter hanya dijadikan dijadikan objek tanpa asuransi jiwa.
"Contoh sederhana, saat pertandingan melawan Argentina kemarin (harga tiket) dengan harga di atas rata-rata pertandingan timnas lainnya, apakah ada asuransi yang melindungi suporter? Ini menunjukkan belum ada jaminan keamanan dan kenyamanan dalam menyaksikan pertandingan," ujar Indro.
Sementara menurut Ketua Dewan Pembina PSTI Rudyono Darsono, jika tidak ada suporter maka sebuah pertandingan sepak bola akan kehilangan rohnya. Karena itu, ia meminta para pemangku kebijakan sepak bola agar tidak mengabaikan keberadaan suporter.
"Suporter atau penonton sepak bola yang sering disebut pemain ke-12 itu tidak mungkin disingkirkan atau dipinggirkan hanya karena sebuah kejadiannya, yang kita sama-sama tahu permasalahan itu bukan permasalahan suporter saja, sebuah rentetan peristiwa yang sangat kompleks. Jadi kita jangan kita terpaku pada satu persoalan Kanjuruhan, lalu kita mengambinghitamkan seluruh suporter sepak bola Indonesia," ujar Rudyono.
Legenda sepak bola Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto menilai peran suporter teramat penting bagi pemain. Pesepakbola yang memulai karier sejak 1993 itu mengatakan bahwa suporter bisa menjadi penyemangat pemain ketika kelelahan saat bertanding.
"Sekaligus menjadi controlling untuk performance kita. Dulu saya dan pemain lainnya pasti mengatakan tidak ingin mengecewakan suporter ketika main," kata legenda sepak bola yang pernah bermain untuk Sampdoria, klub Liga Italia, pada 1994 itu.
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pun diminta untuk melakukan kerja nyata bagi peningkatan kualitas suporter dan tidak hanya bersifat seremonial. Hal ini ditekankan oleh Anggota Dewan Pembina PSTI, Parto Bangun. Ia menyoroti presidium suporter bentukan PSSI yang tak jelas kerjanya hingga kini.
"PSSI telah membentuk presidium suporter yang hingga saat ini tidak jelas apa yang telah dilakukan untuk melakukan edukasi suporter hingga ke akar rumput, yang terlihat hanya kumpul-kumpul pimpinan komunitas semata," kata Parto.
Bendahara Umum PSTI Brian Matthew berharap, pengaturan suporter di setiap pertandingan bisa optimal. Ia mengatakan, pengelolaan pengaturan suporter dapat meniru pertandingan olahraga di luar negeri, khususnya di negara-negara maju.
"Pengaturan ini mulai dari mereka datang ke stadion; terkait lokasi parkir, masuk ke dalam dengan filterisasi atau seleksi penonton yang ketat, hingga di dalam stadion mereka dipisah-pisahkan sesuai kategori penonton yaitu hardcore atau pendukung fanatik, penonton keluarga, dan penonton casual," ujar Brian.
Fanny Riawan, Deputi Sekretaris Jenderal PSSI periode 2016-2018, mengharapkan agar pada pemerintahan berikutnya, olahraga dapat masuk dalam Kementerian Olahraga dan Pariwisata. Sementara soal kepemudaan masuk ke dalam kementerian yang lain. Hal tersebut agar olahraga dan suporter masuk dalam skala prioritas pemerintah.
"Saya harap ke depan kementerian bukan lagi Kemenpora melainkan Sport and Tourism (Olahraga dan Pariwisata). Jadi, olahraga benar-benar menjadi fokus dan menjadi destinasi wisata tersendiri. Termasuk juga dengan perbaikan semua permasalahan suporter,” ujar Fanny.
PSTI tingkatkan kualitas suporter
Dekan Fakultas Olahraga Universitas Negeri Surabaya Dwi Cahyo berharap kepada PSTI agar bisa menurunkan sikap suporter timnas yang sudah bagus kepada suporter klub.
"PSTI harus bisa mewariskan kemampuan meningkatkan kualitas suporter timnas kepada suporter klub. Caranya, melakukan kerja sama dengan pihak klub sehingga kita bisa menciptakan suporter yang berkualitas di semua lini,” ungkap Dwi.
Sebagai informasi, FGD ini juga dihadiri oleh pengamat sepakbola M Kusnaeni atau Bung Kus, Direktur Studi Komunikasi Olahraga Bung Karno Meistra Budiasa, dan dimoderatori oleh akademisi Rio Johan Putra.
FGD itu terlaksana atas kerja sama PSTI dengan Fakultas Ekonomi Bisnis dan Ilmu Sosial (Febis) UTA '45, Universitas Bung Karno, serta Universitas Negeri Surabaya.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan