KH Muhammad Anshori Fadholy di Pondok Pesantren Sunanul Huda, Sukabumi, Jawa Barat, Senin (13/1). (Foto: NU Online/Syakir NF)
Dikirimnya ia ke pesantren tersebut tentu bukan tanpa sebab dan latar belakang. Leluhurnya dulu sudah berjejaring dengan Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari saat berperang melawan kolonial.
Hal itu disampaikan oleh Kiai Anshori kepada para pengajar Fakultas Islam Nusantara (FIN) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) saat sowan pada Senin (13/1).
Ia yang berasal dari Jampang, Sukabumi mengatakan bahwa kiai-kiai di daerahnya zaman itu sudah mendengar gerakan Kiai Hasyim.
Di samping itu, KH Muhammad Fadholi, abahnya, mengaji kepada Kiai Suhrowardi, santri langsung Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari. Ia menyampaikan bahwa Kiai Syamsuri Badawi yang menantu Kiai Hasyim juga pernah berguru kepada Kiai Suhrowardi ketika masih tinggal di Tebu Ireng.
Karena eratnya hubungan keilmuan tersebut, abahnya pernah dawuh akan teguh dalam bingkai Nahdlatul Ulama. "Kalau di Sukabumi tidak ada lagi kiai yang mengaku NU, Abah sendiri yang tetap NU," kata Kiai Anshori menyampaikan dawuh abahnya.
Kiai Anshori merupakan menantu pengasuh kedua Pondok Pesantren Sunanul Huda, yakni KH Dadun Sanusi. Adik iparnya juga, katanya, saat ini ada yang mengaji di Pondok Pesantren Pacul Gowang, Jombang, yang didirikan oleh KH Manshur.
Usai sowan, para akademisi FIN Unusia meneruskan ziarah ke Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1999-2004 KH Endin Fakhruddin Masthuro dan dzuriyah Pesantren Al-Masthuriyah yang berjarak kurang dari 1 KM. Kiai Masthuro, pendiri pesantren tersebut, merupakan salah satu santri pendiri Sunanul Huda.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Abdullah Alawi