Itjen Kemenag Evaluasi Inkubasi Bisnis Pesantren, Dorong Kemandirian
Senin, 30 September 2024 | 07:30 WIB
Potret pesantren yang mendapatkan program Inkubasi Bisnis Pesantren di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. (Foto: Itjen Kemenag)
Jakarta, NU Online
Tim Inspektorat Jenderal Kementerian Agama (Itjen Kemenag) melakukan kunjungan terkait evaluasi terhadap program Inkubasi Bisnis Pesantren ke Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Sebelum mengunjungi pesantren yang menjadi lokus evaluasi, tim terlebih dahulu mengadakan pertemuan dengan Kepala Kemenag Kabupaten Tanah Laut, Saipudin, di Kantor Kemenag setempat pada Kamis (26/9/2024).
Tim Evaluasi terdiri dari Tim Kerja Inspektorat Wilayah II yakni Auditor Madya Erma Agustini sebagai Pengendali Teknis, Auditor Muda Priambodo sebagai Ketua Tim, dan beranggotakan Auditor Pertama Ahmad Radian, serta Ahli Pertama Pranata Hubungan Masyarakat Reza Mardhani.
Dalam kesempatan ini, Erma menjelaskan bahwa tujuan kegiatan ini ialah untuk memastikan bahwa bantuan dari Kemenag diimplementasikan oleh pesantren secara baik, efektif, efisien, dan akuntabel.
"Kami ingin melihat bagaimana bantuan ini dapat membantu pengembangan bisnis pesantren dan dampaknya terhadap kemandirian ekonomi mereka. Mudah-mudahan dengan evaluasi, kita bisa mengukur sejauh mana dampak bantuan, serta memberikan masukan-masukan yang bermanfaat untuk progres kemandirian pesantren," ungkap Erma.
Sementara itu Kepala Kantor Kementerian Agama Tanah Laut Saipudin menyambut baik kedatangan tim Itjen Kemenag. Ia mengapresiasi kedatangan tim, terutama karena berbagai pihak di Tanah Laut sendiri, termasuk Kemenag, berusaha untuk terus aktif mendorong kemajuan pondok pesantren.
"Di Kabupaten Tanah Laut, kami memiliki Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) yang sangat aktif. Lewat forum, para pengurus pesantren di sini antusias untuk mengembangkan kemandirian dan berkolaborasi dalam berbagai aspek," katanya.
Saipudin menambahkan Kemenag Kabupaten Tanah Laut sendiri terus memantau secara rutin implementasi bantuan pondok pesantren di sekitar Kabupaten Tanah Laut. "Biasanya kalau monitoring itu, di samping tugas dan fungsi kita terkait dengan penyelenggaraan akademik dan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan, selain itu juga ada tentang pelaksanaan bantuan,” jelasnya.
Sebanyak dua pondok pesantren menjadi lokus evaluasi kali ini. Pertama yakni Pesantren Raudhathul Muhibbin yang bergerak di bidang penggilingan padi. Bantuan dari program Inkubasi Bisnis Pesantren telah diimplementasikan dalam bentuk mesin penggiling padi. Pesantren Raudhathul Muhibbin sendiri kini telah berhasil mencetak omzet sekitar Rp600 juta per bulan yang bermanfaat bagi berjalannya kegiatan belajar di pesantren.
Sementara itu, Pesantren Minhajussalam memiliki usaha minimarket, ATK, makanan dan minuman. Pesantren ini mengimplementasikan bantuan kepada toko ATK dan supermarket kecil milik pondok. Azkiah sebagai pengurus mengatakan cukup merasakan manfaat dari Bantuan Inkubasi Bisnis Pesantren.
“Secara ekonomi pondok terbantu dengan pengadaan kitab-kitab, serta makanan snack santri di jam istirahat terlayani dengan baik,” ungkapnya.
Bantuan Inkubasi Bisnis Pesantren merupakan implementasi dari program Kemandirian Pesantren yang digulirkan Menteri Agama sejak 2021. Program ini telah terdesain dalam sebuah konsep besar yang dinamakan Peta Jalan Kemandirian Pesantren.
Pada 2024, program ini mengusung semangat “Tahun Kemandirian Pesantren Berkelanjutan”. Targetnya, terwujud replikasi model kemandirian pada ribuan pesantren yang menjalankan unit usaha secara mandiri serta terbangunnya jejaring bisnis, baik antar pesantren maupun dengan pihak lain.
Harap PTKIN asistensi pesantren dalam program
Selain kunjungan ke pesantren, Tim Itjen Kemenag juga melakukan kunjungan ke Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin dalam rangka sosialisasi Bantuan Inkubasi Bisnis Pesantren. Tim disambut langsung oleh pihak UIN Antasari di Gedung Rekrotat UIN Antasari, Kota Banjarmasin pada Jumat (28/9/2024).
Kunjungan ini bertujuan untuk sosialisasi program Bantuan Inkubasi Bisnis Pesantren yang diharapkan dapat memberikan dukungan bagi pesantren dalam mengembangkan potensi ekonomi mereka. Priambodo selaku Ketua Tim berharap UIN Antasari dapat turut membantu pesantren mendorong implentasi program ini.
“Sebagaimana keinginan kami juga, mereka dari pihak pesantren juga ingin ada asistensi dari Kemenag. Mungkin dari pihak UIN Antasari juga dapat membantu dengan program-program pengembangan ekonomi bisnisnya. Harapannya, ada keberlanjutan sehingga produk pesantren itu hidup dan bisa menghidupi santri-santrinya,” kata Priambodo.
Kepala Sistem Pengawasan Internal (SPI) Raden Yani Gustiani juga menyambut baik gagasan ini. Ia mengatakan akan mengambil langkah lebih lanjut untuk pendampingan usaha-usaha dari Bantuan Inkubasi Pesantren ke depannya.
“Mungkin nanti bisa kita bersama mahasiswa atau dokter-dokter untuk membantu melakukan pendampingan ke sana, yang bisa di-backup oleh pusat ekonomi bisnis kampus,” ungkap Yani.
Ia pun berharap, pertemuan ini dapat menjadi langkah awal yang baik sinergi antara PTKIN dan pondok pesantren dalam program Bantuan Inkubasi Bisnis Pesantren di Kalimantan Selatan. “Mudah-mudahan kita bisa meluaskan dampak dari tugas kita untuk melayani masyarakat,” pungkas Yani.
Program Bantuan Inkubasi Bisnis Pesantren ini dirancang untuk membantu pesantren dalam mengembangkan usaha mereka, sehingga juga dapat menciptakan kemandirian yang berkelanjutan.
Kunjungan ini menegaskan komitmen Itjen Kemenag untuk terus mendukung pengembangan ekonomi pesantren melalui berbagai inisiatif dan kerjasama yang produktif. Dengan adanya dukungan dari PTKIN, dalam hal ini UIN Antasari, diharapkan pesantren-pesantren di wilayah tersebut dapat lebih mandiri dan mampu mengembangkan potensi bisnis mereka.