Jelang Ramadhan, Penghasilan Penjual Bunga dan Tukang Bersih Makam di TPU Utan Kayu Meningkat
Senin, 20 Maret 2023 | 21:30 WIB
Jakarta, NU Online
Pada akhir-akhir Sya'ban menjelang Ramadhan, sebagian besar umat Islam Indonesia melestarikan tradisi yang sudah turun-temurun dilakukan yaitu ziarah kubur. Di Jakarta, seluruh Taman Pemakaman Umum (TPU) penuh, disesaki para peziarah.
Untuk melayani para peziarah, terdapat banyak profesi yang mengais rezeki di TPU yang ada di Jakarta. Di antaranya adalah penjual bunga sekaligus air mawar dan tukang ngoret atau orang-orang yang membersihkan makam saat peziarah datang. Penghasilan mereka meningkat di akhir-akhir menjelang Ramadhan ini.
Penjual bunga dan air mawar di TPU Utan Kayu, Rawamangun, Jakarta Timur, Hamsinah mengaku mendapat banyak rezeki di waktu-waktu menjelang Ramadhan ini.
Hamsinah berdagang di atas trotoar depan TPU Utan Kayu. Di atas meja tempat dia berdagang, ada banyak bunga mawar yang sudah dibungkus plastik putih transparan serta air mawar yang ditempatkan di botol khusus.
Satu bungkus plastik bunga dihargai Rp5 ribu dan botol air mawar Rp10 ribu. Hamsinah mengaku, TPU Utan Kayu akan semakin ramai dan lapaknya dikunjungi banyak peziarah pada dua hingga empat hari sebelum Ramadhan. Di hari-hari inilah, Hamsinah mendapat banyak keuntungan.
"Ya kalau habis lumayan. Bisa dapat Rp300 ribu," kata Hamsinah kepada NU Online, beberapa waktu lalu.
Ia mengaku berdomisili di Bekasi. Ke TPU Utan Kayu, Hamsinah menggunakan moda transportasi commuter line. Sementara barang dagangan berupa bunga dan air mawar itu dibeli di Rawabelong, Jakarta Barat.
Baca Juga
Waktu Yang Baik Untuk Ziarah
Dari Bekasi, Hamsinah berangkat pada pagi buta. Kemudian ia transit di rumah seorang adiknya terlebih dulu, lalu ke Rawabelong, dan langsung menuju TPU Utan Kayu. Tiba di lokasi tempat ia berdagang sekira pukul 10.00 WIB dan menutup lapaknya pada petang menjelang waktu maghrib.
Tukang Ngoret
Selain penjual bunga, ada juga profesi penjaja jasa kebersihan makam atau orang Betawi menyebutnya 'tukang ngoret'. Salah satu tukang ngoret yang ditemui NU Online adalah Ami. Seorang ibu rumah tangga yang mengaku hanya ke TPU Utan Kayu untuk jadi tukang ngoret pada bulan Sya'ban.
Tukang ngoret ini bertugas untuk membersihkan makam para peziarah. Mereka bekerja saat ada peziarah datang. Pekerjannya adalah menyapu daun-daun kering dan mencabut rumput-rumput yang sudah tinggi di atas makam.
"Saya tahunan, setiap tahun doang. Pas bulan Sya'ban saja menjelang Ramadhan. Alhamdulillah ada juga satu-dua orang. Di sini kan ada yang ngerawat juga, di sini ya setahun sekali emang rame," kata Ami.
Dalam sehari, paling maksimal Ami bisa membawa pulang uang Rp50 ribu. Itupun kalau kondisi TPU Utan Kayu sedang ramai pengunjung, seperti hari-hari belakangan ini. Tetapi kalau ternyata sepi, Ami hanya akan mendapat uang Rp20 ribu per hari.
"Kan tergantung orangnya (peziarah), kadang-kadang ada yang ngasih kadang enggak. Gitu aja," katanya.
Sebagai contoh, jika ada peziarah datang dan memberinya uang Rp20 ribu maka uang tersebut harus rela dibagi-bagi dengan tukang ngoret lain yang ikut membantu membersihkan makam peziarah itu.
"Kadang-kadang dikasih Rp20 ribu, umpamanya kita ada berapa 4 orang, kan kelompokan kadang-kadang, jadi bagi-bagi. Kadang-kadang Rp4 ribuan, gitu aja. Kita terima apa adanya aja kan, sukarela," katanya.
Ami bekerja sebagai tukang ngoret sudah sekitar 7 tahun. Ia sudah dikenal dan mengenal banyak tukang ngoret yang juga bekerja di TPU Utan Kayu, sehingga tidak pernah ada gesekan atau berebut saat sedang bekerja.
Selain Ami, ada juga Nur Ali yang berdomisili di Jalan Pemuda, tak jauh dari lokasi tempat ia bekerja.
Awalnya, Ali hanya setiap tahun datang ke TPU Utan Kayu untuk bekerja. Tetapi karena ia mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagai buruh, walhasil seluruh waktunya dihabiskan di pemakaman.
Dalam sehari, di hari-hari menjelang Ramadhan ini, Ali bisa mendapat lebih dari Rp300 ribu. Tetapi jumlah itu tak bisa ia dapatkan pada bulan-bulan di luar Sya'ban.
Ali mengaku, penghasilan dari bekerja di TPU Utan Kayu cukup untuk menghidupi istrinya seorang. Ia bersyukur karena semua anaknya sudah berkeluarga sehingga ia hanya menafkahi istrinya.
"Kita kan tinggal berdua nih sama istri, anak udah pada keluarga. Jadi kita cuma, istilah kata cari sesuap nasi lah. Jadi kita ada kegiatan untuk di makam ini," katanya.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Muhammad Faizin