Pasuruan, NU Online
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin didampingi Kakanwil Jatim Mahfudz Shodar menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw sekaligus Haul ke-34 KH Abdul Hamid bin Abdulloh Umar dan Haul ke-25 Nyai Hj Nafisah Ahmad Qusyairy, di Pondok Pesantren Salafiyah, Pasuruan, Jawa Timur, Senin (21/12).
<>
Menurut Menag, KH Abdul Hamid adalah tokoh besar yang telah memberikan sumbangsih besar bagi Indonesia. Karena itu, Menag mengaku hadir tidak hanya untuk memperingati haul KH Abdul Hamid. Lebih dari, Menag bersama para jamaah lainnya ingin berusaha meneladani perilaku baik dan melanjutkan jejak perjuangannya. Demikian dikutip dari laman kemenag.go.id.
Ribuan jamaah yang menghadiri haul, menurut Menag, menjadi penanda kebesaran KH Abdul Hamid. Apalagi kehadiran tanpa undangan, tapi atas kemauan sendiri.
“Ini jumlah yang luar biasa, nyaris sama dengan kuota jamaah haji Indonesia, 200-ribuan,” kata Menag.
Menag mengajak masyarakat untuk melanjutkan perjuangan yang sudah dilakukan KH Abdul Hamid. Semasa hidupnya, KH Hamid dikenal sebagai kiai yang sangat tawadlu’ dan pekerja keras.
“Usaha yang digeluti beliau adalah berjualan sepeda, onderdil, dan berdagang kelapa,” papar Menag.
Meski demikian, lanjut Menag, banyak tokoh nasional yang mendatangi beliau. Dikisahkan, suatu hari ada politisi nasional yang berkunjung ke rumah KH Hamid, untuk meminta saran agar politik tidak gaduh dan lebih stabil. Almarhum lalu mengajak politisi itu naik mobil bersamanya. Di perjalanan, KH Hamid memberikan segelas air dan meminta politisi itu untuk memegangnya agar jangan tumpah. Kontan air dalam gelas itu terus bergerak hingga hampir tumpah.
“Sampai di tempat tujuan, Almarhum berkata: itulah stabilitas, jangan berharap pada orang lain, tapi mulailah diri sendiri,” kisah Menag.
“Haul ini khas Indonesia, tradisi yang sampai saat ini masih relevan, serta harus dijaga dan dipelihara,” tambah Menag.
Sebelumnya, Rais ‘Aam PBNU KH Maruf Amin menyampaikan bahwa KH Abdul Hamid adalah tokoh pesantren Indonesia. Selama ini, pesantren telah banyak menyiapkan orang yang paham agama yang juga melakukan perbaikan dan perubahan masyarakat ke arah lebih baik.
“Itu dilakukan para ulama, untuk itu kita harus berpegang pada aqidah ahlussunnah wal jamaah,” terangnya.
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) yang juga hadir menyampaikan bahwa majelis seperti ini adalah wahana silaturahmi antar ulama serta memupuk kebersamaan kiai dan santri. Lebih dari, majelis ini juga menjadi sarana pendidikan berbasis karakter. Majelis seperti ini menjadi tempat para kyai menyampaikan tausiyah, dan itu efektif.
“Ini majelis yang istimewa yang hanya ada di Indonesia,” katanya. Gus Ipul menambahkan, proses pembangunan akhlak di Indonesia juga bisa dilakukan melalui majelis haul seperti ini.
Putra bungsu KH Abdul Hamid, KH M Idris selaku ahlul bait menyampaikan, untuk mengenang KH Abdul Hamid saat ini Peseantren Salafiyah sudah memiliki Masjid Syaikh Abdul Hamid. Saat ini pesantren sedang merencanakan untuk membangun Mushalla putri ibu Nyai Nafisah.
“Biar insyaallah pahalanya kembali kepada almarhum dan almarhumah,” harapnya. Red: Mukafi Niam