Nasional

Kiai Said: Hubungan Indonesia dan India Sudah Berlangsung Lama

Jumat, 17 Mei 2019 | 12:45 WIB

Kiai Said: Hubungan Indonesia dan India Sudah Berlangsung Lama

Ketum PBNU, KH Said Aqil Siroj

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengemukakan bahwa hubungan antara Indonesia dan India tidak bisa dipisahkan dan sudah berlangsung lama baik sejak sebelum masuknya Islam ke Indonesia atau sesudahnya.

"Sebelum Islam (datang), agama Hindu (lebih dulu) datang ke Indonesia. Dan setelah Islam datang, ada seorang ulama besar membawa ajaran tasawuf Ar Raniri (India)," kata Kiai Said.

Demikian disampaikan Kiai Said seusai memotong pita bersama Duta Besar India Praadep Kumar Rawat di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (17/5). Pemotongan pita itu dalam rangka memperingati 70 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia-India.

Begitu pula, sambungnya, terdapat seorang ulama dari Malabar, India yang karyanya menjadi standar keilmuan di kalangan Nahdlatul Ulama, yakni kitab Fathul Mu'in karya Syekh Zainuddin Al-Malibari. 

"Barang siapa yang sudah mampu memahami Mu'in layak dipanggil kiai, kalau belum Fathul Mu'in bukan ulama. Ulama standar minimal harus bisa Fathul Muin," ucapnya. 

Hal lain, ialah masuknya tarekat-tarekat dari India ke Indonesia seperti tarekat Khalwatiyah, Naqsyabandiyah, Ismailiyah, dan Siddiqiyah. Bahkan, sambungnya,  ajaran wihdatul wujud pun datang ke Indonesia dari India. "Di Indonesia yang terpengaruh dengan (Wihdatul Wujud) dia namanya Syech Siti Jenar yang mengatakan manunggaling kawulo gusti," ucapnya.

Sementara momentum hubungan diplomatik kedua negara ini ketika Indonesia dipimpin oleh Presiden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan India dipimpin Narayana, keduanya sangat bersahabat. Atas sejarah panjang antara kedua negara ini, Kiai Said berharap hubungan antara Indonesia dan India semakin baik dan kuat.

Hadir pada kegiatan tersebut sejumlah jajaran PBNU, seperti Ketua PBNU KH Abdul Manan Ghani, Hanief Saha Ghafur, HM Iqbal Sullam, H Aizzuddin Abdurrahman, dan Bendahara Umum H Ing Bina Suhendra. (Husni Sahal/Muiz)


Terkait