Jakarta, NU Online
Nabi Muhammad saw adalah sosok mulia yang menjadi teladan umat seluruh alam. Ia merupakan sosok ideal yang harus dicontoh dalam berbagai sisi kehidupan termasuk dalam hal pendidikan. Beliau merupakan sosok yang menterjemahkan nilai-nilai Al-Qur’an sebagai pedoman pokok dan pendidikan umat Islam dalam kehidupan di dunia melalui sabda-sabdanya.
Dalam konteks pendidikan Qur’ani, Nabi menjadi figur ideal seorang pendidik yang telah membuktikan dirinya sebagai orang yang mampu mengubah prilaku individu-individu, bahkan umat yang terkenal memiliki sifat dan karakter budaya yang keras dan kasar.
“Nabi Muhammad membimbing mereka (kaum yang keras) menjadi pribadi-pribadi yang saleh, cerdas, berani, dan sifat-sifat terpuji lainnya,” kata Pengurus Bidang Penelitian dan Pengembangan LP Ma’arif PBNU, Deden Saeful Ridhwan kepada NU Online, Ahad (9/10/2022).
Nabi Muhammad lanjutnya, mampu mendidik kaumnya untuk memiliki budaya yang mulia dan beradab. Ini lah tindakan dan contoh nyata, bagaimana Nabi Muhammad mampu menggunakan dan menerapkan metode yang tepat sesuai dengan sasaran pendidikan.
“Bukan sesuatu yang hanya kebetulan. Melainkan suatu tindakan yang disengaja serta berlandaskan pada satu pandangan yang benar tentang manusia dan nilai-nilai yang diyakininya,” ungkap Pengasuh Pesantren Nurul Falah Cililin Bandung Barat ini.
Baca Juga
Ketika Nabi Muhammad SAW Patah Hati
Semua yang dilakukan Nabi Muhammad ini mengacu pada nilai-nilai yang sudah disebutkan dalam Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an memuat konsep-konsep mendasar yang menjadi petunjuk dalam pelaksanaan pendidikan. Nabi muhammad lah yang mewujudkan konsep-konsep tersebut dalam bentuk operasional pendidikan.
Metode Nabi dalam mendidik
Dalam artikel NU Online disebutkan Tujuh Metode Rasulullah dalam Mendidik Sahabatnya sebagaimana disebutkan dalam buku Ash-Shuffah (Yakhsyallah Mansur, 2015). Pertama, metode lingkaran (halaqah). Metode ini memungkinkan para sahabat membentuk setengah lingkaran dan mengelilingi Rasulullah sehingga ia bisa mengawasi para sahabatnya dan membuat hubungan emosi mereka lebih dekat. Metode model ini juga menampilkan bagaimana pendidikan Islam begitu egaliter.
Kedua, metode dialog dan diskusi (al-hiwar wa al-mujadalah). Metode pendidikan seperti itu membuat guru dan anak didik menjadi aktif. Guru tidak hanya menyampaikan pengetahuannya saja, tapi juga merangsang dan mendorong agar anak didiknya bisa mengeluarkan pemikiran dan pendapatnya tanpa rasa takut karena mendapatkan kesempatan.
Ketiga, metode ceramah (al-khutbah). Mungkin ini metode yang lazim digunakan Rasulullah. Ketika mendapatkan wahyu, Rasulullah menyampaikannya dengan cara ceramah. Begitu pun ketika memberikan pengajaran dan pendidikan kepada para sahabatnya.
Keempat, metode kisah (al-qishshah). Metode ini membantu menjelaskan suatu pemikiran dan mengungkapkan suatu masalah.
Kelima, metode penugasan (at-tathbiq). Rasulullah juga kerap kali melakukan penugasan kepada para sahabatnya dalam proses belajar pembelajaran. Para sahabat yang dianggap sudah mahir dalam suatu hal dikirim untuk memberikan pengajaran kepada mereka yang belum tahu.
Keenam, metode teladan dan panutan (al-uswah dan al-qudwah). Hal ini bisa diketahui ketika Rasulullah memerintahkan kepada sahabatnya untuk melakukan suatu hal, maka sudah barang pasti beliau juga melakukannya. Rasulullah mengedepankan metode teladan dalam pengajaran dan pendidikannya.
Ketujuh, metode perumpamaan (dharb al-amtsal). Biasanya metode perumpamaan digunakan untuk memudahkan menyampaikan materi. Dengan memberikan perumpamaan-perumpamaan, Rasulullah berharap apa yang disampaikannya bisa diterima dengan baik oleh para pasahabatnya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syakir NF