Jakarta, NU Online
Sejak diluncurkan secara resmi oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, 11 Agustus 2011, Pojok Gus Dur hingga sekarang terus mengembangkan jumlah dokumentasi berupa tulisan, buku, video, foto, rekaman yang berkenaan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).<>
Di samping sebagai tempat diskusi berbagai persoalan, Pojok Gus Dur juga ditujukan sebagai pusat rujukan bagi para peneliti atau masyarakat umum yang ingin mengenal lebih dalam Presiden ke-4 RI ini. Melaluinya diharapkan proses desiminasi dan pengembangan pemikiran dan perjuangan Gus Dur dapat berjalan.
“Sekarang mulai terkumpul beberapa bendel kliping berita dan wacana Gus Dur di media,” kata Athaillah, salah satu pustakawan “Little Museum” yang terletak di lantai 1 Gedung PBNU, Jakarta Pusat ini, Rabu (25/7).
Kliping tersebut, di antaranya, meliputi kegiatan Gus Dur selama menjabat presiden, keterlibatannya dalam NU, serta gerakannya saat bersinggungan dengan kekuasaan Soeharto.
Pojok Gus Dur adalah bekas kantor Gus Dur sejak menjadi Ketua Umum PBNU tiga kali berturut-turut (1984-1999) hingga wafat. Atas dasar penghargaan dan pemanfaatan ruangan, PBNU merestui menjadikannya perpustakaan, ruang diskusi, serta pusat dokumenasi di bawah pengelolaan Yayasan Bani Abdurrahman Wahid.
Alissa Wahid, putri sulung Gus Dur yang sekaligus Sekretaris Yayasan Bani Abdurrahman Wahid, menyatakan, Pojok Gus Dur adalah salah satu upaya mendorong lahirnya pemikir-pemikir kritis dan bijaksana, yang bisa membawa perspektif Gus Dur dalam membela rakyat untuk tujuan mulia, yaitu bangsa.
“Pojok itu adalah sudut di mana beliau berkarya memberikan banyak manfaat, tidak hanya untuk NU tapi bangsa Indonesia,” tandasnya.
Redaktur : Syaifullah Amin
Penulis : Mahbib Khoiron