Nasional

PP Fatayat NU Periksa Kesehatan Reproduksi 1.100 Perempuan Indonesia

Selasa, 1 Mei 2012 | 06:49 WIB

Jakarta, NU Online
Sadar akan pentingnya kesehatan reproduksi, PP Fatayat NU menggelar pemeriksaan kesehatan reproduksi dengan Tes IVA, Inspeksi Visual dengan Asam asetat, rencananya di Asrama Haji Pondok Gede, Ahad, 13 Mei 2012.<>

“Sedikitnya 1.100 wanita Indonesia akan memeriksakan kesehatan rahimnya. Pesertanya 850 sendiri dari aktivis Fatayat NU, majelis taklim, dan ibu PKK. Mereka berasal dari 5 PCNU DKI Jakarta, PCNU Kota Bekasi, PCNU Kab. Bekasi, PCNU Tangsel, dan PCNU Depok,” papar Emamatul Qudsiyah, anggota Litbang PP Fatayat NU saat ditemui NU Online di Kantor PP Fatayat NU, Jl. Kramat Lontar, Jakarta Pusat, Senin (30/4) sore.

Bermitra dengan YKI, Yayasan Kanker Indonesia dan BKKBN, PP Fatayat NU menggalang program ‘See and Treat’. Program ini bertujuan mendeteksi dini kelainan pra-kanker leher rahim pada tahap awal dengan pemeriksaan IVA dan pengobatan Krioterapi. Program ini hanya membutuhkan sumber daya dan sarana kesehatan sederhana, namun sangat efektif.

Proses tes IVA hanya dengan pembersihan leher rahim. Spekulum, alat semacam cocor bebek, membantu proses pembersihan. Pembersihan dilakukan dengan cara memulas leher rahim dengan zat asam asetat 3-5% selama satu menit.

Pemeriksaan paling lama memakan waktu 5-6 menit untuk setiap orangnya. Dengan waktu maksimal 5-6 menit, hasil tes langsung diketahui ketika itu juga. Petugas medis yang memeriksa akan menyimpulkan normal (negatif) atau Lesi pra-kanker (positif).

Senin (30/4) sore itu, Kantor PP Fatayat NU tampak ramai dengan ibu-ibu muda. Internal Fatayat NU dan belasan ibu rumah tangga sekitar kantor, tengah mengadakan pemeriksaan kesehatan rahim dengan tes IVA.

Perlunya Fatayat NU mengampanyekan pencegahan dini kanker leher rahim dengan pemeriksaan berkala, menimbang kanker jenis ini terbanyak diderita oleh perempuan Indonesia. Rumah sakit sentral Indonesia mendata 15.000 pasien baru kanker leher rahim tiap tahunnya. Sejumlah 8.000 dari mereka meninggal dunia. Artinya, satu perempuan Indonesia setiap 1 jam meninggal akibat kanker leher rahim yang sudah parah.

Kalau dengan tes Papsmear, butuh waktu 1 minggu untuk melihat hasilnya. Nah IVA, hasilnya langsung bisa dibaca setelah pemeriksaan. Setelah orang yang periksa terdeteksi, langsung segera diobati oleh dokternya, tambah Emamatul.

Bagi perempuan yang terdeteksi Lesi pra-kanker (gejala kanker), petugas medis langsung mengobatinya dengan metode Krioterapi. Krioterapi adalah pengobatan gejala kanker leher rahim melalui pembekuan sel-sel leher rahim dengan gas dingin untuk mematikan jamur-jamur yang mulai tumbuh.

Idealnya, pemeriksaan untuk mendeteksi dini kanker leher rahim, dilakukan secara rutin dan berkala. Pemeriksaan minimal dilakukan 3 tahun sekali dengan cara Papsmear atau tes IVA.



Redaktur : Syaifullah Amin
Penulis     : Alhafiz Kurniawan


Terkait