Qonitah Widigda Siwi, Pesilat Internasional yang Nyaman di Pagar Nusa, Berikut Alasannya
Jumat, 20 Januari 2023 | 22:00 WIB
Qonitah Widigda Siwi saat sedang latihan di Sport Hall Tirtonadi, Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (18/1/2023). (Foto: tangkapan layar kanal Youtube NU Online)
Surakarta, NU Online
Qonitah Widigda Siwi, seorang pesilat muda kelahiran Malang, Jawa Timur, pada 26 Juli 2001. Kini, ia tengah menempuh pendidikan di Universitas Udayana dan berdomisili di Kota Denpasar, Bali.
Titah, begitu sapaan akrabnya, menjadi salah satu atlet silat dari kontingen Bali dalam gelaran Pekan Olahraga dan Seni Nahdlatul Ulama (Porseni NU) di Solo, Jawa Tengah.
Perempuan berusia 22 tahun itu telah menguasai berbagai jurus silat lantaran dirinya telah bersentuhan dengan silat sejak kelas 3 sekolah dasar (SD). Di usia yang masih sangat belia itu, ia menjadi anggota salah satu perguruan silat karena menjadi ekstrakurikuler wajib di sekolahnya.
Lalu saat memasuki sekolah menengah pertama (SMP), ia bertemu dengan Pagar Nusa. Titah kemudian dibuat nyaman oleh para pengurus Pagar Nusa beserta pelatihnya.
"Jadi sempat di perguruan lain, lalu karena SMP nggak ada ekskul wajib itu, ganti ikut Pagar Nusa. Lalu nyaman sama teman-teman, sama pelatih, sama pengurusnya," ucap Titah saat ditemui NU Online di Sport Hall Tirtonadi, Surakarta, Jawa Tengah, beberapa hari lalu.
Ia semakin nyaman dengan Pagar Nusa saat kerap diikutsertakan pada latihan rutin dan lomba-lomba. Titah juga kian yakin, lebih-lebih ketika mendapat restu orang tua yang sangat setuju dirinya ikut Pagar Nusa, sampai sekarang.
Di Pagar Nusa terdapat beberapa tingkatan sabuk. Secara berurutan dari tingkat rendah hingga level atas yaitu lencana putih, kuning, merah, biru, coklat, dan hitam.
Titah kini sudah mencapai level sabuk dengan lencana coklat yang berarti asisten pelatih. Hanya tinggal satu level lagi, yaitu sabuk hitam, maka ia akan menjadi seorang pelatih.
Setiap level sabuk memiliki ujian kenaikan tingkatan. Titah bercerita bahwa di Pagar Nusa bukan hanya diuji secara fisik tetapi juga ada ujian spiritual, kepagarnusaan, dan ke-NU-an.
Inilah yang membuat Titah bahagia menjadi bagian dari keluarga besar Pagar Nusa. Sebab seorang pesilat atau pendekar tidak hanya difokuskan untuk belajar soal bela diri, tetapi juga ditekankan untuk memperkuat spiritualitas, memperluas pemahaman tentang kewarganegaraan dan NU.
Titah mengaku pernah mengikuti kejuaraan silat internasional pada 2019 silam. Kejuaraan itu adalah Bali International Championship. Pada momentum kejuaraan tersebut, Titah turun sebagai pesilat dengan kategori seni tunggal dewasa. Ia juga berkesempatan bertukar sapa dengan para pesilat dari luar negeri, termasuk Singapura dan Malaysia.
Tertarik ikut Porseni NU 2023
Ia mengaku baru kali ini mengikuti kejuaraan Porseni. Terakhir ia ikut POR SD/MI. Saat dihubungi oleh PWNU Bali untuk mengikuti Porseni NU, ia sempat kaget karena baru pertama kali ada Porseni NU.
Ia pun penasaran karena sepertinya Porseni NU ini menarik. Padahal semula ia tak terlalu tertarik dengan kejuaraan, bahkan menginginkan agar Porseni NU 2023 di Solo ini diikuti oleh adik-adik tingkatnya saja.
"Terus karena ini namanya menarik, Porseni NU, baru pertama didengar, jadi bisa dicoba, terus ada kategori jurus baku karena jurus baku ini sebagai syarat untuk menurunkan kontingen, saya turun jurus baku 2 kategori mahasiswa," jelas Titah.
Ia mengalami kendala yakni ketika menentukan pasangan untuk berlaga di Porseni NU 2023. Titah bahkan sempat kesulitan mencari pasangan. Sekalinya menemukan pasangan, tetapi seorang fighter (petarung) yang terbiasa ikut pencak silat nomor tanding. Namun semua berjalan lancar karena pasangan mainnya mudah beradaptasi.
Khusus untuk Porseni NU ini, ia sudah mulai melakukan persiapan sejak awal Desember 2022. Ia berlatih dengan pasangannya itu, termasuk dalam rangka menjaga stamina.
Menurut Titah, stabilitas stamina harus dibangun dari kebiasaan-kebiasaan rutin yakni bangun pagi untuk olahraga, menjaga pola makan sehat, dan rutin berlatih.
Saat ini, ia selalu mengikuti latihan rutin yang wajib dilakukan pada tiga kali dalam satu pekan. Ia berlatih bersama pelatih silat Ustadz Asy'ari Mushlih di Kantor PWNU Bali.
Meski begitu, Titah juga sering melakukan latihan di luar jadwal tiga kali satu pekan itu bersama teman-teman. Baginya, latihan silat merupakan cara terbaik untuk mengisi waktu luang.
Bersama Ustadz Asy'ari, Titah diajarkan untuk latihan pendasaran, di antaranya mempersiapkan otot, saraf, dan sendi untuk bergerak. Itulah latihan dasar sebelum belajar memukul dan menggenggam. Kini, ia sudah menguasai jurus wudhu yaitu jurus bakunya Pagar Nusa.
"Baru setelah selesai pendasaran, ada namanya pembentukan gerakan, kenyamanan gerak, lalu bela diri," tutur Titah.
Porseni NU tak hanya sekali
Ia mengharapkan, Porseni NU tidak hanya diselenggarakan satu kali. Tetapi Titah ingin agar gelaran olahraga dan seni NU ini digelar pada tahun-tahun berikutnya. Sebab Porseni NU menjadi wadah silaturahim antarpesilat, baik sesama Pagar Nusa maupun dengan kelompok atau perguruan silat yang lain.
"Kita semua santri NU. Harapannya untuk selalu menjunjung silaturahmi, karena basic saya silat, jadi saya ingin silaturahmi dengan perguruan lain juga bukan hanya Pagar Nusa," harap Titah.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syakir NF