Rais Aam PBNU Ceritakan Dua Sejarah Nasionalisme dalam Al-Qur’an
Ahad, 16 Agustus 2020 | 17:30 WIB
Jakarta, NU Online
Republik Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke-75 pada esok, Senin (17/8). Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menjelaskan dua sejarah nasionalisme yang termaktub dalam Al-Qur’an.
Pertama, Kiai Miftach menjelaskan bahwa Rasulullah saw. begitu merindukan tanah kelahirannya, Makkah ketika perjalanan berhijrah menuju Madinah. “Timbul kerinduan yang sangat tinggi memikirkan tanah kelahirannya sehingga beliau Gandrung ingin kembali ke Makkah,” jelasnya pada kanal Youtube 164 Channel pada Ahad (16/8).
Untuk meneruskan perjalanan hijrahnya, Allah swt. menurunkan Surat Al-Qasas ayat 85. Mengutip Imam ‘Utib, Kiai Miftach menyampaikan bahwa lafal ma’ad dalam ayat tersebut yang berarti tempat kembalinya seseorang adalah negaranya. “Maka banyak para sahabat pun mengartikan ilaa Ma’ad, yakni ke Makkah,” katanya.
Karenanya, Allah swt pasti akan mengembalikan Rasulullah SAW ke Makkah sebagai tanah kelahiran karena pentingnya negara dalam Islam.
Adapun sejarah kedua mengenai nasionalisme dalam Al-Qur’an terjadi saat Bani Israil terjajah oleh Raja Jalut. Mereka terusir dari negaranya, lalu berbondong-bondong mendatangi nabinya. Mereka meminta fatwa mengenai langkah yang harus dilakukan agar dapat kembali memiliki negara, kembali ke tanah air yang tercinta.
“Maka di situlah ditunjuk seorang pemimpin yang kita kenal Thalut yang memimpin kaum bangsa Bani Israil untuk merebut kembali tanah kelahiran atau negaranya,” jelas Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, Jawa Timur tersebut.
Memang, lanjut Kiai Miftach, sempat dipertanyakan kesungguhan mereka kalau sudah ada pemimpin yang memimpin bangsa Bani Israil untuk merebut kembali, mengenai kesiapan dalam berjuang. Hal demikian diterangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 246.
“Mereka menjawab kenapa kami tidak berjuang? Kenapa kami tidak perang hingga titik darah penghabisan di jalan Allah, sedangkan mereka sudah mengusir kami dari tempat kelahiran kami mereka telah memisahkan kami dengan anak-anak cucu kami dengan handai taulan kami dengan kekasih kami? Kami harus berjuang untuk merebut kembali negara kami,” terangnya menjelaskan ayat tersebut.
Kiai Miftach menyebut betapa Al-Quran memberikan penjelasan mengenai pentingnya sebuah negara. “Maka kita bersyukur dalam hut ini mari kita tingkatkan kesadaran bernegara dan kita isi dengan hal-hal yang positif,” pungkasnya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan