Selain ‘Pengajian’, Penting Juga Perkuat ‘Pengkajian’ di Media Sosial
Jumat, 29 September 2023 | 19:15 WIB
Staf Khusus Menteri Agama (Stafsus Menag) Bidang Media dan Komunikasi Publik Wibowo Prasetyo saat Workshop Penguatan Sindikasi Media yang digelar Universitas Islam Negeri Raden Intan di Bandar Lampung, Kamis (28/9/2023) malam (Foto: Kemenag)
Bandarlampung, NU Online
Staf Khusus Menteri Agama (Stafsus Menag) Bidang Media dan Komunikasi Publik Wibowo Prasetyo mengungkapkan bahwa di era digital saat ini, ketika media sosial menjadi piranti utama mengakses informasi, perlu penguatan literasi digital dengan berbagai model dan upaya. Penguatan ini dilakukan dengan menyelaraskan kebutuhan masyarakat akan pentingnya informasi yang berkualitas khususnya terkait masalah agama.
Ia mengungkapkan bahwa wajah keislaman moderat di Indonesia saat ini di media didominasi hanya oleh pengajian, bukan pengkajian. "Sementara kita itu butuh pencerahan. Pencerahan itu ya mengkaji. Kalau mengaji bisa di majelis taklim, di masjid, di pondok, bisa setiap hari kita bersinggungan dengan mengaji," ungkapnya di Bandarlampung Kamis (28/9/2023).
Namun menurutnya yang kurang adalah pengkajian yang akan memperdalam wawasan dengan berbagai macam perspektif dan dimensi yang lain dan berbeda. Dengan pengkajian, maka literasi khususnya di era digital akan semakin baik.
Ia pun mengungkapkan bahwa terjadi perbedaan yang cukup mencolok di era 70-90 di mana banyak terlahir para pemikir-pemikir Muslim yang mampu memberikan pencerahan. Sementara di era yang serba mudah dalam mengakses informasi saat ini malah cenderung defisit para pemikir yang mengkaji berbagai hal terkait ilmu agama.
"Dibanding dunia yang semakin maju ini mestinya kita surplus, tapi kita minus (pemikir Islam)," katanya pada Workshop Penguatan Sindikasi Media yang digelar Universitas Islam Negeri Raden Intan di Bandar Lampung, Kamis (28/9/2023) malam.
Oleh karena itu menurutnya saat ini diperlukan mainstreaming publikasi edukasi yang menampilkan, menarasikan, dan mempublikasikan Islam yang ramah dan moderat. Hal ini penting dilakukan juga oleh media-media di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) melalui sebuah sindikasi.
Ia menyebut bahwa peran media di lingkungan PTKI yang melakukan sindikasi sangat efektif dalam membangun kehidupan beragama yang toleran dan moderat. Terlebih sumberdaya yang dimiliki oleh insan perguruan tinggi tidak bisa diragukan lagi kapabilitas dan kapasitasnya dalam bidang keilmuan agama.
Dengan potensi kuantitas dan kualitas serta komitmen bersama yang dimiliki oleh PTKI, maka ia optimis narasi positif yang akan menampakkan perwajahan Islam yang ramah akan ‘memenangkan pertempuran’ di media digital.
“Urgensinya saat ini pas dengan momentum yang akan kita songsong pada tahun politik. Yang kita khawatirkan penggunaan isu-isu keagamaan untuk mengadu domba antar umat beragama,” ungkapnya.