“Jadi ini menurut saya hoaks, dan saya baru pertama kali merasakan dampak dari hoaks ini,” kata Yorrys saat memberikan klarifikasi kepada Banser di Gedung PP GP Ansor, Jakarta Pusat, Selasa (22/8).
Yorrys mengaku kaget ketika melihat pemberitaan viral di media soal tentang tujuh tuntutan, khususnya pembubaran Banser, yang seolah dikonfirmasi dirinya. Padahal, dia mengaku tidak pernah memberi pembenaran dan pernyataan terkait.
Yorrys pun menganggap ada gerakan-gerakan yang mencoba memecah belah hubungan baik antara dirinya dan Banser. “Mereka coba melakukan apa saja untuk memecah belah kita,” kata Yorrys.
Atas persitiwa ini, ia menyatakan akan menindaklanjuti lebih jauh untuk mengetahui apakah ada motif tertentu dari pelaku pembuat pernyataan tersebut.
“Jangan melihat ada peristiwa kemudian kita biarkan, tapi kita menjaga, merespons. Dinamika ini murni atau ada tunggangan-tunggangan politik lain di balik itu,” ucapnya.
Untuk itu, ia berharap semua pihak agar bersama-sama untuk melawan pernyataan yang telah membuat dirinya dan Banser resah.
“Kita merasa bahwa kita bersyukur, bahwa dengan momentum ini menyadarkan kita, bahwa mari kita semua harus bersatu. Ini ada upaya memecah-belah kita,” ucapnya.
Sementara Kasatkornas Banser H Alfa Isnaeni menyatakan bahwa pihaknya dan Yorrys berkomitmen menjalin tali persaudaraan dan kemanusiaan lebih baik lagi untuk terus menjaga negara Indonesia.
“Sesama anak bangsa harus memperkuat tali persaudaraan, tali perikemanusiaan di antar anak bangsa agar negara yang kita cintai ini tetap tegak dengan dasar Pancasila dan dalam wujud Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ucapnya.
Alfa juga menyatakan adanya terdapat kelompok yang antiPancasila dan antiNKRI yang sedang beredar di Papua dengan menggunakan nama Yorrys.
“Bang Yorrys lagi dihadapkan dengan persoalan-persoalan hoaks itu,” ucapnya.
Sebelumnya, pertemuan antara Yorrys dan Banser berlangsung tertutup. Pertemuan itu diikuti Ketua Umum DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Noer Fajrieansyah dan Sekjen DPP KNPI Addin Jauharuddin.
Pewarta: Husni Sahal
Editor: Abdullah Alawi