Menguak Penulis Kitab Minhajul ‘Abidin Sebenarnya, Imam Al-Ghazali atau Bukan?
Selasa, 10 Januari 2023 | 16:00 WIB
Siapa tak kenal Imam Al-Ghazali, ulama besar yang hidup pada abad kelima Hijriah ini turut mewarnai dunia intelektual, serta mempengaruhi dan mengilhami banyak pemikir baik dari kalangan umat Islam maupun nonmuslim. Bahkan hingga sekarang, pemikirannya tak berhenti dikaji baik di berbagai ruang diskusi di berbagai penjuru dunia. Ulama yang lahir dengan nama Muhammad ini sangat produktif mengabadikan pemikirannya di berbagai bidang ilmu. Salah satu yang hingga kini masih intens dikaji terutama di pesantren-pesantren adalah karyanya dalam bidang tasawuf yang berjudul Minhajul ‘Abidin.
Belakangan kitab Minhajul ‘Abidin ramai diperbincangkan. Bukan isi kandungannya, namun justru sisi paling fundamental dari sebuah karya ilmiah, yaitu siapa sebenarnya penyusun kitab tersebut. Hampir semua sepakat bahwa kitab tersebut adalah karya Imam Al-Ghazali, namun sebagian orang beranggapan sebaliknya. Isu tentang validitas nama Al-Ghazali sebagai penulis kitab tersebut sebenarnya sudah muncul sejak dahulu. Ibnu ‘Arabi yang pertama kali mencuatkan isu tersebut. Sufi berjuluk As-Syaikhul Akbar tersebut dalam Muhadharatul Abrar wa Musamaratul Akhyar menceritakan kurang lebih demikian:
إن الشيخ أبا الحسن علي بن خليل السبتي كان عالما بالحقيقة، عارفا، مخمول الذكر رأيته ببستة وتباحثت معه ورأيت له تصانيف، منها منهاج العابدين الذي يعزى للعزالي، وليس له
Artinya “Syekh Abul Hasan ‘Ali bin Khalil adalah orang yang ma’rifat. Ia mengetahui ilmu hakikat. Ia sosok yang tak banyak dikenal orang. Aku melihatnya di Bastah dan berdiskusi dengannya. Aku melihat beberapa karangannya. Di antaranya adalah Minhajul ‘Abidin yang masyhur dinisbatkan pada Al-Ghazali, padahal bukan karangannya.” (Murtadha Zabidi, Ithafus Sadatil Muttaqin, [Beirut: Darul Kutubil ‘Ilmiyyah], juz I, halaman 59).
Statement ini kemudian dikutip oleh Sayyid Murtadha Zabidi dalam Ithaf-nya dan juga oleh Sayyid Ahmad bin Al-Ma’mun Al-Balghitsi dalam Al-Ibtihaj.
Sayyid Murtadha Zabidi tampak sepakat dengan Ibn ‘Arabi. Ia mengatakan, “Tajuddin As-Subki tidak menyebut Minhajul ‘Abidin dalam daftar karangan Al-Ghazali”. Sayyid Ahmad Al-Balghitsi bahkan dengan tegas menyebut Minhajul ‘Abidin bukan karya Al-Ghazali.
Tajuddin As-Subki memang memiliki karya yang memuat biografi ulama Syafi’iyyah berjudul Thabaqatusy Syafi’iyyah. Al-Ghazali termasuk salah satu tokoh yang dimuat di dalamnya, bahkan dengan paparan yang cukup panjang. Memang ketika menjelaskan biografi Al-Ghazali, As-Subki menyebut daftar kitab karya Al-Ghazali, tapi tidak mencantumkan kitab Minhajul ‘Abidin. Namun, ketika menceritakan biografi Al-Bukhari, pengarang Shahih Bukhari, As-Subki mengutip syair dalam Minhajul ‘Abidin dan menisbatkan kitab tersebut pada Al-Ghazali. (Tajuddin As-Subki, Thabaqatusy Syafi’iyyah Al-Kubra, [Dar Hajr: 1992], juz II, halaman 231).
Namun begitu, Dr. Mahmud Mushthafa Halawi, muhaqqiq kitab Minhajul ‘Abidin, mengungkapkan beberapa bukti dan alasan bahwa kitab Minhajul ‘Abidin adalah karya Al-Ghazali:
- para penulis yang menceritakan biografi Al-Ghazali mencatat kitab ini sebagai bagian dari hasil karya beliau;
- beberapa manuskrip yang ada menyebut Al-Ghazali sebagai pengarang kitab tersebut, dan dalam pembukaannya dijelaskan bahwa kitab tersebut didiktekan oleh Al-Ghazali pada muridnya yang bernama ‘Abdul Malik, dan Kitab ini adalah karya terakhir dari Al-Ghazali;
- dalam kitab Minhajul ‘Abidin terdapat beberapa isyarat dengan menyebut beberapa karya Al-Ghazali terdahulu;
- hadits-hadits dalam kitab Minhajul ‘Abidin mayoritas terdapat pada ‘Ihya’ Ulumiddin;
- validitas statement Ibn ‘Arabi dipertanyakan;
- Abul Hasan, orang yang menurut Ibn ‘Arabi adalah pengarang Minhajul ‘Abidin, adalah seorang sufi yang tampak menganut paham hulul, yang mana sangat jauh dengan isi kandungan kitab itu sendiri;
- banyak yang berpendapat Minhajul ‘Abidin adalah karya Al-Ghazali, sedangkan Ibn ‘Arabi seorang diri mengatakan kitab tersebut bukan karya Al-Ghazali.
Baca Juga
Wirid Imam Ghazali
Dr. Mahmud Mushthafa juga mengungkapkan kemungkinan lain, yakni mungkin saja saat bertemu Abul Hasan As-Sabti, Ibn ‘Arabi baru mengetahui ada kitab yang disebut karya Al-Ghazali yang berjudul Minhajul ‘Abidin, namun belum pernah membacanya. Sehingga ketika mengetahui ada karya Abul Hasan dengan judul yang sama, ia berkesimpulan sebagaimana statemen yang diungkapkannya. (Mahmud Mushthafa Halawi, Pengantar Tahqiq Minhajul ‘Abidin, [Beirut, Mu’assasatur Risalah: 1989], halaman 18-21). Wallahu a’lam.
Ustadz Rif'an Haqiqi, Pengajar di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyyah Berjan Purworejo.