Usaid bin Hudair, Sahabat Rasulullah yang Wafat di Penghujung Sya’ban
Sabtu, 2 April 2022 | 14:00 WIB
Bertepatan dengan penghujung bulan Sya’ban, tepatnya tanggal 28 Sya’ban, ada salah satu sahabat Nabi Muhammad saw yang wafat. Dia adalah Usaid bin Hudhair bin Simak bin ‘Atik bin Rafi’ bin Imriil Qais bin Zaid bin Abdil Asyhal bin Jusyam bin al-Harits bin al-Khazraj bin ‘Amr bin Malik bin Al-Aus al-Anshari.
Imam Ibnu Abdil Barr dalam kitabnya Al-Isti’ab fi Ma’rifatil Ashab menjelaskan, Usaid bin Hudair wafat pada bulan Sya’ban tahun 20 H, pendapat lain mengatakan di tahun 21 H, dan dimakamkan di Baqi’. Ia memiliki lima nama kuniah, yaitu; Abu Isa, Abu Yahya, Abu ‘Atik, Abul Hudair, dan Abul Hushain. Akan tetapi yang paling populer adalah Abu Yahya. Ini berdasarkan pendapat Ibnu Ishaq dan lainnya.
Usaid merupakan salah satu sahabat Nabi yang memiliki kecerdasan yang sempurna. Rasulullah mempersaudarakannya dengan Zaid bin Haritsah. (Ibnu Abdil Barr, Al-Isti’ab fi Ma’rifatil Ashab, juz I, h. 93)
Pertama kali masuk Islam
Usaid merupakan salah satu sahabat Nabi yang tergolong sebagai kelompok as-sabiqunal awwalun (orang-orang yang terdahulu masuk Islam). Golongan ini merupakan kelompok sahabat Nabi yang ikut serta hijrah bersama Nabi dari Makkah ke Madinah. Sebagaimana kita tahu, hijrah merupakan pengorbanan yang sangat besar. Sebab, umat Muslim harus rela meninggalkan harta benda di Makkah, seperti rumah, tanah, dan sejumlah kekayaan lainnya.
Sebab itu, golongan ini juga mendapat jaminan surga sebagaimana telah Allah singgung dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 100:
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ
Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.”
Berkaitan dengan ayat di atas, Imam Fakruddin ar-Razi dalam Mafatihul Ghaib menjelaskan, hijrah yang dilakukan para sahabat merupakan bentuk ketaatan yang sangat agung. Sebab, hijrah merupakan perbuatan yang tidak sejalan dengan keinginan nafsu dan jiwa. Oleh karena itu, orang yang melakukan hijrah dianggap sebagai panutan dalam ketaatan dan mereka selalu berada di hati Rasulullah. (ar-Razi, Mafatihul Ghaib, [Beirut: Darul Fikr, 1981], juz XIV, h. 172-173)
Humoris
Sebagaimana manusia pada umumnya, sebagian sahabat Nabi juga ada yang memiliki selera humor, salah satunya adalah Usaid bin Hudair yang pernah membuat para sahabat tertawa dibuatnya. Dikisahkan, sebagai komandan, Rasulullah membariskan tentara Muslim pada satu kesempatan perang. Kebetulan barisan Usaid tidak lurus dan Nabi pun memukulnya dengan tongkat kecil.
Selang beberapa waktu berlalu. Sekali waktu Rasulullah sedang bersama para sahabat. Tiba-tiba Usaid berkata kepada Rasulullah, “Engkau pernah membuatku sakit.” “Silakan kau balas,” jawab Rasulullah. “Tapi dulu aku tidak memakai baju,” kata Usaid. Rasulullah pun membuka bajunya. Jelas, para sahabat yang melihat sikap Usaid itu merasa geram.
Begitu Usaid mendekati Rasulullah, dan semua orang mengira ia akan membalas apa yang pernah Rasulullah lakukan dulu saat perang. Tapi bukannya balas memukul, Usaid justru memeluk Rasulullah. “Inilah yang aku inginkan wahai Rasulullah,” aku Usaid.
Tidak lain yang dilakukan Usaid tersebut adalah sebagai bentuk tabarukan dengan tubuh Rasulullah. Karena beliau pun pernah bersabda bahwa siapa yang jasadnya pernah menempel dengan jasad beliau, maka tidak akan masuk neraka. Kisah ini penulis bahasakan dari hadits riwayat Abu Daud.
Suaranya didengar malaikat
Selain humoris, Usaid juga dikenal sebagai sahabat Nabi yang memiliki suara sangat merdu. Bahkan saking merdunya membuat malaikat turun.
Dikisahkan dalam hadits riwayat Imam Bukhari, sekali waktu di malam yang hening, Usaid membaca Al-Qur’an surat Al-Baqarah, sementara kuda miliknya yang hendak digunakan untuk perang ia ikat. Saat ia membaca Al-Qur’an, kudanya berputar-putar sampai tali ikatnya hampir putus. Ia penasaran apa yang sedang terjadi. Begitu ia menghentikan bacaan, kuda kembali tenang. Ketika kembali membaca, kudanya kembali berputar-putar. Dan seterusnya begitu.
Begitu Usaid mendongakkan kepalanya ke atas, ia melihat gumpalan awan yang memiliki cahaya memancar ke arah langit. Pagi harinya ia menceritakan kejadian itu kepada Rasulullah, dan beliau pun berkata, “Itu adalah malaikat yang turun karena mendengar merdu suaramu. Seandainya engkau teruskan bacaanmu, pastilah banyak orang yang akan melihatnya. Pemandangan itu tidak akan tertutupi bagi mereka.”
Berangkat dari riwayat ini, Imam an-Nawawi mengatakan, hadits ini menjadi bukti bahwa manusia bisa melihat malaikat. Ini juga sekaligus menjadi salah satu keutamaan membaca Al-Qur’an yang bisa meyebabkan turunnya rahmat (kasih sayang Allah) dan malaikat. (Ibnu Hajar, Fathul Bari, [Beirut: Darul Kutub Al-‘Ilmiah, 2011], juz XI, h. 79)
Penulis: Muhamad Abror
Editor: Fathoni Ahmad