Jember, NU Online
Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kencong Jawa Timur memulai rangkaian peringatan Harlah ke 77 GP Ansor dengan mengadakan Ziarah ke makam ketua umum PP GP Ansor KH Hamid Widjaya yang berada di komplek makam Mbah Shiddiq di kelurahan Condro Jember.
Hamid Widjaya adalah putera kelahiran Jember yang pada tahun 1949 bersama Chusaini Tiway diberi amanat untuk menghidupkan kembali GP Ansor setelah vakum beberapa saat lamanya dikarenakan kedatangan bala tentara Jepang yang menjajah Indonesia. />
Menurut Abd. Rohim, ketua PC GP Ansor Kencong, kegiatan ziarah ini dimaksudkan untuk mengenang kembali perjuangan KH Hamid Widjaya, di mana beliau disamping seorang yang piawai memanaj organisasi, sehingga Ansor bisa bangkit kembali setelah dibredel tentara pendudukan Jepang, beliau juga seorang politisi dan juga seorang ulama besar. Pengabdiannya di NU terakhir adalah sebagai Katib Aam PBNU.
Masih menurut Rohim, mengutip pidato KH Wahid Hasyim saat menghadiri reuni alumni Ansor Nahdlatul Oelama (ANO)14 Desember 1949, yang sekaligus momentum perubahan nama ANO menjadi GP Ansor, bahwa membangun kembali pemuda Ansor kala itu dikarenakan dua hal, pertama, untuk membentengi perjuangan umat islam dan yang kedua, untuk mempersiapkan diri sebagai kader penerus NU. (mad)
Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kencong Jawa Timur memulai rangkaian peringatan Harlah ke 77 GP Ansor dengan mengadakan Ziarah ke makam ketua umum PP GP Ansor KH Hamid Widjaya yang berada di komplek makam Mbah Shiddiq di kelurahan Condro Jember.
Hamid Widjaya adalah putera kelahiran Jember yang pada tahun 1949 bersama Chusaini Tiway diberi amanat untuk menghidupkan kembali GP Ansor setelah vakum beberapa saat lamanya dikarenakan kedatangan bala tentara Jepang yang menjajah Indonesia.
Menurut Abd. Rohim, ketua PC GP Ansor Kencong, kegiatan ziarah ini dimaksudkan untuk mengenang kembali perjuangan KH Hamid Widjaya, di mana beliau disamping seorang yang piawai memanaj organisasi, sehingga Ansor bisa bangkit kembali setelah dibredel tentara pendudukan Jepang, beliau juga seorang politisi dan juga seorang ulama besar. Pengabdiannya di NU terakhir adalah sebagai Katib Aam PBNU.
Masih menurut Rohim, mengutip pidato KH Wahid Hasyim saat menghadiri reuni alumni Ansor Nahdlatul Oelama (ANO)14 Desember 1949, yang sekaligus momentum perubahan nama ANO menjadi GP Ansor, bahwa membangun kembali pemuda Ansor kala itu dikarenakan dua hal, pertama, untuk membentengi perjuangan umat islam dan yang kedua, untuk mempersiapkan diri sebagai kader penerus NU. (mad)
