Warta

Berharap Berkah dari Pengajian Sorogan di Masjid Nabawi

Senin, 11 Oktober 2010 | 15:53 WIB

Madinah, NU Online
Sebagai tempat yang dikunjungi oleh jamaah dari seluruh penjuru dunia, Masjid Nabawi memiliki salah satu keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan masjid-masjid lainnya. Selain masalah fadhilah (keutamaan-keutamaan) yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW melalui hadits-haditsnya, Masjid Nabawi hingga kini memiliki daya tarik yang bagus bagi jamaah haji. Salah satunya adalah keragaman jamaah yang beribadah di sana.

Dari keragaman jamaah ini, Masjid Nabawi menciptakan suasana tersendiri yang tidak dapat ditemukan di Masjid-masjid lainnya. Salah satunya adalah banyaknya Majlis-majlis pengajian seusai sholat maktubah (sholat fardlu), terutama pada waktu antara sholat maghrib dan isya'.<>

Di Masjid Nabawi, seusai sholat maktubah, jamaah dapat bergabung bersama majlis-majlis yang bisa dijumpai di tiap bagian Masjid. seusai sholat, jamaah berkumpul membentuk lingkaran-lingkaran kecil yang terdiri dari sekitar 20-50 orang. Dengan dipimpin oleh seorang ulama setempat, jamaah yang berasal dari berbagai penjuru dunia ini terlibat dalam kegiatan keilmuan. Mulai dari pengajian fikih, tauhid dan tafsir hingga murottal atau semaan Al-Qur'an.

Untuk ketiga materi pengajian pertama, mungkin tidak terlalu menarik bagi umumnya jamaah haji asal Indonesia. Ketiga materi pengajian pertama tidak akan jauh-jauh pembahasan tentang bid'ah yang cenderung akan dihindari oleh mayoritas jamaah asal Indonesia. Namun tentu saja lain halnya dengan materi pengajian Al-Qur'an (semaan).

Pengajian semaan di Masjid Nabawi cenderung lebih bersifat terbuka dan dapat diikuti oleh semua kalangan. Bila pengajian-pengajian lain mayoritas hanya diikuti oleh jamaah etnis Arab dengan ciri pakaian tertentu, maka tidak demikian halnya dengan pengajian semaan Al-Qur'an. Pengajian ini, diikuti oleh berbagai kalangan lintas etnis dan lintas kelas. Pengajian Al-Qur'an cenderung diikuti oleh siapa saja, terutama oleh jamaah dari Asia dan Afrika. Dalam sebuah lingkaran yang terdiri dari 20 orang misalnya, tidak aneh jika jamaah non etnis Arab cenderung lebih banyak.

Hal ini dikarenakan, pelajaran membaca Al-Qur'an tidak memerlukan pola pemnikiran mendalam dan kemampuan berpikir sistematis atau pun kemampuan berbahasa asing. Dalam pelajaran semaan/membaca Al-Qur'an, hanya dibutuhkan adanya pertemuan antara para Murid dengan guru. Seperti apa pelajaran diberikan, maka seperti itu pulalalh bacaan dipraktekkan. tidak memerlukan penjelasan panjang atau pemikiran yang mendalam. Cukup mengikuti bagaimana imam membaca atau menegur bacaan murid.

Alasan lain, mengapa kelas Al-Qur'an cenderung lebih banyak karena pelajaran membaca Al-Qur'an di dunia mana pun adalah sama. Meski umat Islam saling berbeda dalam hal penafsiran dan pemahaman mengenai fikih, namun mereka tetap membaca Al-Qur'an dengan cara yang sama. Jadi para jamaah tidak perlu khawatir jika ingin bergabung dengan kelas membaca Al-Qur'an di Masjid Nabawi, Madinah al-Munawwaroh. Sekali lagi, rasanya hampir-hampir sama dengan pelajaran membaca Al-Qur'an di Musholla kampung.

Yang membedakan adalah teman dalam satu lingkaran yang bisa saja berasal dari negara mana pun dan Lokasi yang mulia di Masjid Nabawi. Karenanya, jika sekedar ingin memiliki sejarah atau catatan "akademik" di Masjid Nabawi, maka tiada salahnya jika jamaah haji menyempatkan mengikuti kelas semaan Al-Qur'an seusai sholat Maktubah. 

Selain berharap berkah, menambah pengalaman dan keakraban dengan teman-teman baru dari berbagai negara, pengajian sorogan Al-Qur'an ini juga dapat meningkatkan wawasan kita tentang cara membaca Al-Qur'an di negara-negara lain. Sungguh kegiatan ini adalah sebuah pengalaman spiritual yang akan memberikan catatan tersendiri bagi para jamaah haji setibanya di Tanah Air nanti.

Selain itu, dalam beberapa sudut Masjid Nabawi, kita akan dengan mudah menjumpai kelas membaca Al-Qur'an untuk anak-anak dan remaja. Hal ini tentu saja mengingatkan kita kepada langgar-langgar dan surau di kampung halaman yang selalu menjadi tumpuan utama untuk "mengislamkan atau mengenalkan Al-Qur'an" kepada setiap generasi Muslim.  (min/Laporan Langsung Syaifullah Amin dari Saudi Arabia)


Terkait