Warta

Kaum Muda NU dan Pikiran ‘Liar’

Kamis, 17 November 2005 | 14:08 WIB

Jakarta, NU Online
“Menurut saya luar biasa sekali ‘anak’ (baca; kaum muda, Red) NU bisa nulis buku. Dulu bisanya cuma tahlilan atau paling banter baca kitab kuning. Sekarang sudah bisa nulis buku”, ungkap Muslim Abdurrahman, Kamis (17/11), dalam acara Halal bi Halal dan Bedah Buku 20 Tahun Perjalanan Lakpesdam-Memberdayakan Warga NU.

Mendengar itu, kontan puluhan hadirin yang ada dalam ruangan tersebut tertawa. Komentar yang keluar dari budayawan tersebut bukanlah merupakan sindiran bagi warga NU, melainkan sebuah pujian. Hal itu menurut Muslim, panggilan akrabnya, adalah sebuah kemajuan bagi NU.

<>

Hadir juga sebagai pembicara dalam acara yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU tersebut, KH. Hasyim Muzadi (Ketua Umum PBNU), Anhar Gonggong (Sejarawan), Veven SP Wardana (Pengamat Media) dan beberapa tokoh NU lainnya.

Dalam suasana yang penuh canda tawa itu, berkali-kali Muslim menyampaikan pujiannya kepada NU, terkhusus bagi kaum mudanya. Fenomena tersebut menurut Muslim benar-benar sebuah prestasi tersendiri bagi NU. Karena selama Orde Baru masih berkuasa, NU selalu dimarginalkan (baca; dipinggirkan). Selama ini NU seakan tidak boleh maju atau berkembang.

Meski Muslim sendiri berlatar belakang Muhammadiyah, namun ia turut senang atas kemajuan yang dialami NU saat ini. Karena selama ini ia selalu bergaul dengan orang-orang NU. Namun tidak semua orang NU yang menjadi temannya selama ini. Ia menyebutnya dengan istilah orang NU ‘liar’.

“Saya ini kan orang Muhammadiyah yang ‘liar’. Dan selama ini saya suka berkawan dengan orang-orang NU yang ‘liar’, termasuk kawan-kawan Lakpesdam ini. Mereka itu termasuk orang-orang liar. Perkawanan saya dengan Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid, Red), itu juga karena beliau orang NU yang liar”, terang Muslim yang sekali lagi disambut tawa hadirin.

Sementara itu, tak mau kalah dengan Muslim, KH Hasyim Muzadi turut berkomentar. “Saya sebetulnya juga turut bangga dengan perkembangan kaum muda NU. Namun di satu sisi juga khawatir; takut kebablasan. ‘Anak-anak’ NU sekarang kalau subuh sudah banyak yang tidak sholat”, ungkapnya diiringi tawa para hadirin.

Lebih lanjut ia mengatakan, NU bisa saja mencetak orang-orang pintar, namun di satu sisi tidak bisa mencetak orang-orang soleh. Mengutip pendapat cendikiawan Nurkholish Madjid (alm), ia khawatir gagal mendidik ‘anak’ soleh, sekalipun berhasil mendidik anak pintar.

Selain itu, ia berpesan, terutama Lakpesdam, agar pemikiran-pemikiran kontemporer yang selama ini akrab dengan kaum muda NU dapat selalu di komunikasikan dengan NU. Hal itu menurutnya penting dalam rangka mengembangkan dan memajukan realitas (sumberdaya NU, Red) yang ada.

Kesempatan terakhir, Sejarawan, Anhar Gonggong mengutarakan pandangannya tentang perkembangan yang terjadi di tubuh kaum muda NU. Ia juga turut bangga dengan kemajuan itu, meski dirinya bukan orang NU. Dalam komentarnya ia berpesan, “Teruskan pikiran-pikiran ‘liar’ itu. Pikiran kita akan mandeg jika takut berpikir liar. Ingat, dunia ini berkembang karena pikiran-pikiran liar”. (rif)


Terkait