Warta

PBNU Harus Rumuskan Program Ketauladanan

Jumat, 29 Oktober 2010 | 09:30 WIB

Jakarta, NU Online
Sebagai organisasi kemasyarakatan agama, maka menjadi kewajiban bagi Nahdlatul Ulama (NU) untuk menjadi suri tauladan, uswah hasanah, akhlak yang mulia bagi masyarakat, bangsa dan Negara ini. Menyadari saat ini terjadi krisis ketauladan di seluruh lapisan masyarakat. Karakter NU dan ulama adalah moral dan ketauladanan.

Oleh sebab itu, PBNU harus melakukan konsolidasi untuk membuat blue print (cetak biru), program prioritas yang konkret dalam merumuskan ketauladanan, akhlak dan moral tersebut. Sehingga dengan blue print itu diharapkan kita bisa melihat NU model yang bagaimana yang akan dibangun ke depan.
r /> “Setidaknya blue print itu menjadi impian bagi NU, meski membutuhkan waktu lama,”ujar Rais Syuriah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi dalam diskusi Kamisan “NU dan Keresahan Sosial” di NU Online, Kamis (28/10) bersama Wasekjen PBNU H. Enceng Shobirin dan dimoderatori oleh Pimpred NU Online, Syafic Alieha.

Yang pasti kata Enceng, semua itu perlu didiskusikan bersama. Sebab, tentang NU mau kemana ini, otoritasnya ada pada Rais Aam (Syuriah) dan Ketua Umum PBNU. Setidaknya bagaimana PBNU mampu menggerakkan sumber daya manusia, resource yang ada agar sejalan dengan program PBNU sendiri. Dengan begitu, maka seluruh gerbong PBNU akan bergerak baik dan dinamis.

Dengan demikian menurut Enceng, rumusan-rumusan tentang diri NU sendiri harus jelas, dan rumusan dunia luar juga harus jelas, agar pergerakan NU terarah, bermanfaat dan menghasilkan program yang konkret untuk warga NU, rakyat dan bangsa Indonesia. “Bahkan sebagai konstribusi untuk dunia,”katanya.

Ia optimis jika blue print itu berhasil dirumuskan, maka PBNU akan mampu mewujudkan cita-cita perjuangannya di tengah masyarakat. Blue print itu suatu keharusan. Baik di di bidang sosial politik, agama, ekonomi, pendidikan, seni budaya, perbankan, kesehatan dll. Dan, baik jangka pendek, menengah maupun program jangka panjangnya. (amf)


Terkait