Persoalan berbeda cara berdoa di kalangan umat Islam, tak perlu disebut-sebut sebagai perbuatan bid’ah atau mengada-ada dalam beribadah. Demikian pula dengan cara berdoa di kalangan nahdliyin yang lazimnya diawali membaca wasilah (pengertian harafiah: perantara).
Demikian dikatakan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Malang, KH Marzuqy Mustamar, dalam acara bedah buku karyanya berjudul Muqtathafat Lil ahlil Bidayat, di kantor PCNU Jombang, Jawa Timur, akhir pekan lalu.<>
Kiai Marzuki menjelaskan, hakikat berdoa, menggunakan wasilah atau tidak, semuanya sama. Sebab, permohonannya ditujukan pada Allah. ”Jadi, tidak ada alasan untuk mem-bid’ah-kan apalagi mensyirikkan pelaku wasilah,” ujarnya.
Ia menambahkan, keliru jika sebagian kalangan menganggap bahwa berdoa memakai wasilah itu berarti menjadikan seseorang atau sesuatu sebagai tujuan berdoa. Dan, juga tidak berbeda, antara ber-wasilah dengan orang yang sudah meninggal atau yang masih hidup.
“Bedanya, berdoa dengan wasilah dengan yang tidak adalah, jika berwasilah maka berdoanya pakai pengantar dahulu, sedangkan yang langsung, maka langsung berdoa saja tanpa pengantar,” jelasnya, seperti dilaporkan Kontributor NU Online, Yusuf Suharto.
Bedah buku itu digelar atas kerja sama Ikatan Pelajar NU dengan Ikatan Pelajar Putri NU setempat. Hadir sebagai pembedah buku dalam diskusi itu, Ma’shum Zain, Pengurus Lajnah Ta’lif Wan Nasyr NU Jombang yang juga penulis buku Landasan Amaliyah Warga NU. (rif)