Warta

Pesantren yang Dikirim ke Inggris oleh PBNU Alami Kemajuan

Kamis, 10 November 2005 | 12:45 WIB

Jakarta, NU Online
Sejumlah pesantren yang dikirim oleh PBNU untuk belajar manajemen pendidikan ke Inggris pada bulan Januari 2005 lalu telah menunjukkan perbaikan manajemen. Lima perwakilan pesantren yang diundang oleh British Council di Gd. BEJ, Kamis melaporkan mereka telah melakukan perbaikan di bidang manajemen keuangan, kualitas pendidikan, strategi pemasaran maupun aspek manajemen lainnya.

Hanifah dari pesantren Dahlan Syafii Mojokerto mengungkapkan bahwa ia telah menerapkan perbaikan manajemen keuangan dan pemasaran. Saat ini di MA Dahlan Syafii telah dilakukan model pelaporan keuangan sekolah per bulan yang memungkinkan evaluasi sedini mungkin.Pada tahun ini, sekolah mengalami surplus delapan juta lebih padahal tahun sebelumnya masih mengalami defisit 350 ribu.

<>

Untuk manajemen pemasaran, ia mencoba untuk membuat VCD kegiatan MAN Mojokerto dimana ia juga sebagai salah satu wakil kepala sekolah. Sebanyak 500 VCD dibagi-bagikan kepada siswa kelas tiga yang lulus. Mereka diminta untuk memperkenalkan sekolahnya pada tetangga dan saudaranya.Akhirnya terdapat peningkatan pendaftar siswa baru sampai 600 orang lebih, padahal kapasitanya hanya 388 orang. Sebelumnya MAN tersebut jarang sekali dilirik oleh orang tua murid karena tidak mempromosikan dirinya atau kelebihan yang dimilikinya kepada masyarakat.

Sementara itu Mukafi yang bekerjasama dengan KH Suhri Utsman untuk mengembangkan pendidikan Yayasan Pendidikan Anwarul Hidayah (YAHIDA) Ciputri Menes Pandeglang Banten juga melaporkan kemajuan yang dialaminya dalam aspek manajemen kaungan, pemasaran, kualitas pendidikan dan pembentukan jaringan.

Pasca pelatihan di Leeds University tersebut, pengasuh YAHIDA KH Suhri Utsman mulai berinisiatif untuk melakukan penggalian dana melalui jaringan alumni. Dari pertemuan yang diadakan, pada akhirnya bisa dibangun dua lokal baru. Rencananya akan dilakukan kongres alumni pada Februari 2006 mendatang agar jaringan alumni lebih terorganisir dan sebagai upaya untuk pencarian dana guna pembelian tanah dan membangun asrama sekolah.

Tahun ajaran 2005 lalu, terdapat penambahan kelas untuk SMK dari 4 kelas menjadi lima kelas dan Madrasah Tsanawiyah dari satu kelas menjadi dua kelas. Peningkatan ini merupakan hasil dari promosi sekolah dengan mengundang anak SD dan SMP sebagai pasar potensial untuk pendidikan Tsanawiyah dan SMK. Mereka diundang dalam berbagai acara keagamaan dan diperkenalkan dengan berbagai kegiatan sekolah sehingga mereka mengenal dan mengalami secara langsung proses pendidikan di YAHIDA.

Seluruh siswa sekolah juga lulus dalam ujian nasional dengan nilai rata-rata tujuh, suatu prestasi yang membanggakan dengan tingkat ketidaklulusan UN sebanyak 30 secara nasional. SMK YAHIDA juga berhasil merebut juara praktek otomotif terbaik se Banten.

Pengasuh YAHIDA bertekad untuk terus menularkan Ilmu dan pengalaman yang diperoleh di Inggris di lingkungan pendidikan dan pesantren di Banten melalui berbagai forum pertemuan sebagai upaya untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan Banten dari daerah lain.

Iryani Suaidah dari Yapink Bekasi berusaha untuk mengimplementasikan penghematan mulai dari air, listrik dan hal-hal kecil lainnya seperti yang telah dilihat di Inggris dimana masyarakat sangat efisien dalam menggunakan berbagai sumberdaya. Sekolah ini juga mulai membuka diri untuk bekerja sama dengan mengundang lembaga kursus untuk memberikan pendidikan bahasa Inggris yang sebelumnya dilakukan sendiri.

Perbaikan pelayanan pendidikan minimal mulai dilakukan oleh Khoirul Imdad, kepala sekolah Unggulan Pondok Pesantren Nurul Islami Semarang mulai dari dokumentasi, keuangan sampai dengan penentuan rasio guru dan siswa yang ideal agar proses belajar mengajar bisa maksimal.

Perwakilan dari Ponpes Salaf Imam Sibawaih dari Ponpes Darussalaman yang menurut pengakuannya selama ini pesantrennya masih dikelola secara sederhana mulai melakukan perbaikan manajemen. Saat ini setiap pengeluaran uang diwajibkan untuk dimintakan kwitansi dan setiap rencana pembangunan fisik diharuskan membuat master plan. “Sebelumnya pembangunan dengan biaya mahal dalam empat atau lima tahun harus dibongkar karena perencanaan yang tidak tepat,” tandasnya.(mkf)


Terkait