Wawancara

Hasyim : Saya Ingin Ciptakan NU yang Sistemik dan Manajerial

Kamis, 17 Maret 2005 | 02:59 WIB

Muktamar NU ke 31 telah selesai dilakukan pada 28 November – 2 Desember 2004 dan pengurus baru sudah terbentuk. Saat ini mereka telah berusaha untuk bekerja mengembangkan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi yang semakin diakui, baik dalam tataran nasional maupun internasional. Tentu saja prioritas program akan berbeda antara periode ini dengan periode sebelumnya karena perbedaan kekuatan, kelemahan, tantangan dan hambatan yang ada.

Berikut ini, petikan wawancara dengan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi tentang visi dan strategi dalam mengembangkan NU selama lima tahun ke depan selama periode kepemimpinannya yang ke II.

<>

Bagaimana program-program NU dalam lima tahun ke depan

Lima tahun ke depan, tujuan akhir jangka panjangnya menciptakan NU yang sistemik dan manajerial, didukung oleh kultur yang kuat, asumsinya selama ini kultur NU kuat tetapi tidak dikemas dalam sistem dan manajemen sehingga gerakannya tak maksimal, karena kultur itu mengandung unsur eksistensi dan reaksi, tapi tidak mengandung unsur konsepsi. Konsepsi itu baru mungkin kalau organisasi sehat. Indikasinya apakah sistem dan manajemen serta karakter personalianya terjamin.

Untuk menuju ke sana, perlu rintisan, pertama adalah menyehatkan PBNU secara organisatoris, kalau secara organistoris sudah sehat maka meningkat secara manajerial. Kita sekarang akan bekerjasama misalnya dengan Price Waterhouse and Copper (PWC) untuk menjamin manajerial keuangan sehat dan akuntable disamping bagaimana kita cari uang dengan mengadakan SMS infak dan sumbangan.

Kalau modal ini sudah ada, sehat secara organisasi, kita baru bisa berfikir program. Program itu dibagi tiga, pertama program atau proyek yang mendanai, kedua proyek yang harus didanai, dan yang ketiga adalah pengembangan kejuangan, dalam hal ini bagaimana orang NU ikut NU bukan NU yang ikut orang sehingga orang NU harus jelas fikroh nahdliyyahnya atau pemikiran ke-NU-annya, wijhah nahdliyyah atau wawasan ke-NU-annya, atau al hadast annahdliyyah atau tujuan ke-NU-annya serta tata operasionalnya. dengan demikian, ada tiga segmen yang harus dibangun.

Tiga segmen tersebut punya tiga spektrum adalah bagaimana melakukan refleksi dan revitalisasi assalafusholeh, yang kedua bagaimana program-program dibidang pendidikan, ekonomi ke-NU-an (pendanaan organisatoris) dan keummatan. Lalu bagaimana masalah kesehatan, lalu masalah SDM.

Kalau masalah-masalah ini sudah diterima dengan baik, kita tempatkan nasional dan internasional yang tepat dan benar. Bagaimana NU menjadi titik temu nasional, elemen-eleman dan ide-idenya laku untuk dipasarkan secara internasional. Sambil jalan ini kita proses lima tahun ini. Tapi karena ini tidak bias selesai dalam satu periode, paling tidak bias meletakkan dasar-dasar yang kokoh untuk periode yang akan datang sehingga pengurus yang akan datang itu tidak akan merupakan problema untuk pengurus sesudahnya dan pengurus sebelumnya. Kalau NU sudah sistemik maka pengurus sebagai pelaksana, jadi tidak akan berubah dengan berubahnya pengurus. Rel ini yang dalam lima tahun ini harus kita selesaikan.

Untuk masalah-masalah proyek yang kongkrit, primadona kita adalah rumah sakit, kita berharap dalam periode ini kita dapat memiliki rumah sakit yang representatif. Tapi rumah sakit industri, bukan rumah sakit sosial, kalau langsung sosial kita tidak akan kuat, kalau rumah sakit industri, dia nanti akan beranak pada rumah sakit dan poliklinik sosial. kita akan menolong universitas-iniversitas dan sekolah NU yang mengalami kesulitan kemudian ada balai diklat yang representatif untuk menjamin heroisme dan semangat ke-NU-an serta pengkaderan.

Ini harus kita selesaikan dalam lima tahun ini, karena saya sendiri tidak ada minat untuk menjadi ketua selama tiga kali, kalau lebih dari tiga kali, kalau lebih dari dua kali, akan cenderung pada hegemoni, maka saya harus bisa membuat NU sistemik sehingga bisa berjalan diatas rel, sambil milang-miling siapa yang cocok jadi ketua umum.

Untuk menjadi ketua PBNU jantungnya harus dobel, kalau cuma satu bisa copot dijalan. Kenapa, karena yang diurusi terlalu lebar dan problemanya luar biasa, bagaimana harus mengurusi komunitas luar biasa besarnya tanpa sistem. Ini perjuangan yang pertama adalah perjuangan meletakkan sistem. Ini kalau insyaallah sudah jadi, maka kereta api yang ditumpangi lima puluh juta orang ini tinggal jalan.

Saya berharap teman-teman yang jadi pengurus atau aktifis membuktikan kerja terbaiknya untuk NU sehingga warga NU menganggap dia pantas.

Langkah-langkah kongrit dalam penguatan NU, misalnya dalam kepengurusan?

Saat ini kita


Terkait