Wawancara

Marhamah: Capacity Building Jadi Program Terpenting

Sabtu, 9 Juli 2005 | 13:01 WIB

Dra. Siti Marhamah Mudjib, MA., salah satu pengurus senior PP Fatayat NU menyatakan kesiapannya untuk memimpin organisasi pemuda perempuan ini. Berikut fikiran-fikirannya tentang gerakan perempuan NU dan upaya pengembangannya ke depan dalam wawancaranya dengan Mukafi Niam. Ia juga berbicara tentang asal usulnya yang dari Bali yang selama ini belum banyak diketahui orang.

Apa yang anda lakukan jika terpilih sebagai ketua Fatayat?

<>

Sederhana saja, kalau saya terpilih, pertama saya akan melakukan penguatan capacity building terutama kelembagaan. Kalau saya turun ke cabang dan wilayah banyak sekali yang kantornya tidak jelas. Begitu ada konflik, semua catatan administrasi dibawa ke rumah ketuanya sehingga penggantinya sama sekali tak punya arsip. Makanya konsolidasi dan pengkaderan menjadi sasaran yang paling mendasar sehingga Fatayat nantinya menjadi kuat.

Saya melihat walaupun gerakan Mbak Maria Ulfa (ketua saat ini) cukup luar biasa. Tetapi saya merasa masih ada kekurangan dan perlu ditindaklanjuti. Ia dikenal dikalangan publik sampai mendapat penghargaan. Ini juga tak lepas dari perjuangannya di Fatayat. Tapi saya masih melihat kekurangan yang mendasar di pengkaderan, capacity building, konsolidasi. Nah ini yang harus dilakukan.

Permasalahan dana memang kompleks. Kalau ada funding, mereka memilih daerah yang biayanya tidak tinggi. Seperti Papua, itu sama sekali tidak tersentuh. Daerah tersebut hanya ikut kegiatan dari kongres ke kongres gitu saja sehingga kondisinya sangat tidak kondusif.

Program-program yang saat ini sudah berjalan baik seperti kemitraan, penguatan SDM, pemberdayaan masyarakat akan terus dilanjutkan.

Unruk capacity building apa yang akan ditekankan?

Pertama, penataan kelembagaan, contoh kecilnya penataan kantor, walaupun dalam skala yang sederhana. Jadi bagaimana pengelolaan kantor yang rapi. Konsolidasi dan pengkaderan juga penting.

Bagaimana mengatasi masalah dana?

Disamping kita akan mengumpulkan dana lewat kegiatan, kita ingin melakukan penguatan ekonomi berbasis anggota. Kerjasama dengan funding kan kita tak dapat menggantungkan diri sepenuhnya. Funding itu penting, tapi meraka kan yang menentukan ya atau tidaknya. Tetapi kalau penguatan ekonomi berbasis anggota adalah bagaimana kelebihan anggota kita munculkan sehingga nantinya bisa membiayai kantornya itu.

Untuk program pemberdayaan perempuannya bagaimana?

Kita konsentrasinya pada penguatan hak-hak perempuan, khususnya dalam kesehatan reproduksi dan advokasi perempuan. Kita ingin menurunkan angka kematian perempaun. Bagaimana meningkatkan kesehatan anak dan lain-lain.

Bangsa ini bagaimana kalau perempuan tidak tahu tentang permasalahan mereka karena mereka yang melahirkan para generasi mendatang. Tapi pendekatan kita juga berbeda dengan LSM lain. Kita dalam perspektif Islam

Ssaat ini pemahaman masyarakat masih leterlek dan dangkal. Dia tidak menganalisis apa permasalahannya, hanya katanya…katanya….Mereka mengagungkan kyai atau ustadz yang perspektifnya juga kurang tepat.

Menurut saya Qur’an itu rahmatan lil alamin. Tak berfihak pada laki-laki atau perempuan. Ada kualitas perempuan yang tak dimiliki aki-laki, melahirkan, menyusui. Ada memang ayat yang menjelaskan laki-laki menjadi pemimpin bagi perempuan tetapi kan tidak dalam arti dominasi laki-laki terharap perempuan karena terlalu sedikitnya pemahaman masyarakat.

Ada juga hadist banyak anak-banyak rejeki. Tapi itu kan harus dilihat latar belakangnya. Melahirkan kan perlu kesiapan kesehatan, fisik dan lainnya. Ini akan kita kasih perspektif perempuan. Jangan sampai meninggalkan anak turun dalam keadaan lemah.

Orang-orang NU kalau diberi pemahaman melalui bahasa agama lebih mengena. Anggapan kok fatayat agak Liberal dalam hal aborsi agaknya kurang tepat. Kita tetap berpegang pada al Qur’an dan hadist.

Kita juga memberikan advokasi pada pemberdayaan perempuan, termasuk membantu mengatasi korban kekerasan dalam rumah tanggal. Bukan berarti perempuan yang mengalami, ada juga yang suami yang takut istri. Tapi kebanyakan yang mengalami perempuan.

Ada laki-laki yang otoriter, istri disuruh tak mau, dianggap durhaka, langsung dipukul kan tidak boleh. Masyarakat harus diberi pemahaman. Didalam al Quran perempuan dikasih peran yang luar biasa. Rasulullah ketika ditanya, siapa yang paling dihormati, ib


Terkait