Wawancara

Ulfah Masfufah : Saya Ingin Kembangkan Kaderisasi dan Perkuat Gerakan Perempuan

Kamis, 7 Juli 2005 | 11:20 WIB

Kongres ke XIII Fatayat NU akan diselenggarakan pada 10-13 Juli mendatang. Beberapa kandidat sudah menyatakan kesiapannya untuk maju. Berikut ini pemikiran sekaligus profil pribadi drg. Ulfah Masfufah, salah satu ketua PP Fatayat NU yang sudah menyatakan kesiapannya untuk memimpin Fatayat periode 2005-2010 dalam wawancaranya di NU Online Rabu malam (6/7) ditengah-tengah kesibukannya sebagai panitia kongres sekaligus kandidat.

Seandainya terpilih menjadi ketua umum Fatayat, apa yang ingin anda lakukan?

<>

Saya melihat dalam sepuluh tahun terakhir belum ada pengkaderan formal yang secara terstruktur berjalan dari pusat sampai daerah. Kalau di Jawa mungkin sudah mandiri. Tapi di luar Jawa kurang termonitor. Mereka kurang tahu mau berbuat apa sehingga imbasnya adalah krisis kader. Di daerah itu sulit sekali mencari pengurus Fatayat.

Kalau mau mengelola kadernya secara komprehensif baik untuk kepengurusan Fatayat maupun di dunia luar, untuk politik, legislatif, eksekutif dapat meningkatkan nilai bargaining Fatayat dengan berbagai fihak. Di partai maupun di pemerintahan.

Ke depan untuk mengantisipasi otonomi daerah, Pilkada dan segala macam Fatayat harus lebih banyak belajar lagi, menganalisis situasi dan kondisi sebenarnya Fatayat harus berbuat apa dan memposisikan sebagai apa. Mudah-mudahan bisa menjadi proses belajar, tetapi perlu muatan dan wacana. Ini kita upayakan didapat dari pengkaderan.

Selain pengkaderan, program apa lagi yang akan dikedepankan?

Tetap pada visi misi kita. Saya akan mengedepankan perempuan, di bidang pendidikan, kesehatan, sosial kemasyarakatan. Ini untuk menunjukkan bahwa Fatayat adalah organisasi kemasyarakatan yang memberi manfaat pada para anggota dan masyarakat sekitarnya.

Kader model kayak apa yang diharapkan tumbuh dari Fatayat?

Saat ini kita sudah menyusun buku dan modul pengkaderan secara formal, tetapi tentu ada pengkaderan secara informal baik itu pemagangan maupun pelatihan minat dan bakat. Ke depan kita mengarah pada profesionalisme akan fokus ke kesehatan, advokasi atau lainnya. Kita ingin memberikan peluang semaksimal mungkin.

Pengkaderan itu juga bukan khusus bagi para pengurus. Tapi yang tak mau ikut kepengurusannya dan ingin ikut berkiprah juga bisa berproses di pelatihan informal dan formal.

Kita ingin menyediakan banyak hal di Fatayat, konsepnya seperti swalayan. Tetapi tetap ada program utama seperti pendidikan maupun kesehatan. Diharapkan pengkaderan tersebut bisa menghasilkan orang-orang yang berkualitas, bahkan kalau bisa bersaing dengan kader dari ormas lain.

Saya juga ingin mengembalikan cita-cita Fatayat. Kalau dulu Fatayat berangkat untuk meningkatkan pendidikan pesantren, sekarang bagaimana perempuan bisa mengenyam pendidikan yang sama. Mudah-mudahan Fatayat bisa memberikan himmahnya pada mereka.

Gerakan perempuan ke depan ke mana, Ketua Fatayat sekarang Mbak Maria Ulfa kan aktif sekali, seperti gerakan anti trafficking dan lainnya?

Saya rasa itu hal positif sekali mengedepankan itu semua. Tak ada masalah, bahkan harus tetap diperjuangkan. Memang itulah kondisi perempuan, harus diperjuangkan melalui advokasi ke pemerintah, penentu kebijakan maupun pemberdayaan perempuan itu sendiri. Ya harus dua-duanya, aksi dan advokasi.

Selama di Fatayat, saya banyak belajar bersama teman-teman, yang bagus harus dipertahankan dan diteruskan. Ini adalah proses pemdewasaan kita semua.

Bagaimana pembagian kerja antara IPPNU, Fatayat dan Muslimat, selama ini masih sendiri-sendiri dan saling tumpang tindih?

Ini termasuk cita-cita saya, kesinergian. Bagaimanapun tiga badan otonom NU yang memang membentuk perempuan NU di masa mendatang. IPPNU, Fatayat dan hasilnya di enyam oleh Muslimat. Proses ini yang perlu kita koordinasikan bersama yang mungkin selama ini belum bisa tersinergikan dengan baik. Saya sangat berharap dengan periode mendatang bisa dilakukan lebih terkoordinasi. Ada proses pengkaderan yang benar-benar berkesinambungan antara IPPNU, Fatayat dan Muslimat.

Selama ini memang ada persaingan program tetapi saya fikir harus tetap ada prioritas program yang disepakati bersama. Sebetulnya kita sedang membangun rumah bersama dan kemudian hasilnya kita nikmati bersama. Kita harapkan fondasinya di IPPNU dan dirapikan lagi di Fatayat dan kemudian hasilnya dimatangkan di Muslimat. Itulah figure perempuan NU. Ini harus terkoordinasikan dengan baik. Kalau masing-masing


Terkait