Santri Diniyah Harus Bisa Nulis Arab Pegon dan Baca Kitab Kuning
Kamis, 19 November 2020 | 08:45 WIB
Kasi PD Pontren Kemenag Brebes KH Akrom Jangka Daosat saat berbicara di hadapan Kepala Madin Takmiliyah dan TPQ se-Brebes. (Foto: Dok. FKDT Brebes)
Ali Musthofa Asrori
Kontributor
Brebes, NU Online
Tradisi dan ideologi pesantren seharusnya menjadi ruh pada lembaga pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah. Salah satunya adalah kemampuan menulis Arab pegon dan membaca kitab kuning juga harus mulai kita tumbuhkan untuk santri Madin.
Kepala Seksi PD Pontren Kemenag Kabupaten Brebes Jawa Tengah, KH Akrom Jangka Daosat, mengatakan hal tersebut dalam acara Pembinaan Kepala Madrasah Diniyah dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) se-Kecamatan Jatibarang di Madin Miftahul Ulum Janegara, Jatibarang, Kabupaten Brebes, Selasa (16/11).
“Setiap Kamis, seluruh santri Madin agar memakai pakaian ala santri pesantren (sarung dan peci). Tradisi melantunkan syiir nadzhom beberapa mata pelajaran pesantren kita biasakan sehingga anak anak akan mudah teringat,” ujarnya.
Lebih lanjut, pria yang akrab dipanggil Gus Akrom ini mengajak seluruh Kepala Madin dan TPQ untuk banyak berbenah dalam sisi manajerial. Misalnya soal pembukuan keuangan.
“Ayat tentang muamalah dalam Al-Qur'an menegaskan ketika terjadi transaksi maka diperintah untuk menulis. Oleh karena itu, segala hal terkait keuangan di Madin agar dibukukan secara tertib dan teratur,” tuturnya.
Menurut dia, dukungan keluarga untuk berjuang di Madin menjadi sangat penting. Ia mengingatkan agar keluarga di rumah ikhlas mendukungnya untuk mengajar di Madin.
“Jangan sampai Bapak Ibu berangkat mengajar, keluarga di rumah kurang ikhlas. Niatilah berkhidmah dan berjuang untuk generasi masa depan umat. Saya di tengah kesibukan dan pekerjaan tetap ada waktu untuk ngajar anak-anak di majlis ta'lim setiap malam hari,” ungkapnya.
Tingkatkan kualitas Madin
Ketua DPC Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Kabupaten Brebes, KH Ahmad Sururi, dalam sambutannya menegaskan bahwa pembinaan yang dilakukan secara maraton ini bertujuan untuk memotivasi sekaligus mendorong seluruh Kepala Madin untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dikelola.
“Dengan pembinaan ini, maka diharapkan Madin menjadi lembaga pendidikan yang betul-betul dibutuhkan masyarakat,” ujar Kiai Sururi ketika dihubungi NU Online dari Jakarta, Kamis (19/11).
Pihaknya menargetkan lulusan Madrasah Diniyah agar melanjutkan pendidikan ke pesantren. Karena Madin lahir dari rahim pesantren. Guru Madin semuanya alumni pesantren.
“Karena itu, jangan sampai ada Madin yang lulusannya tidak ada yang melanjutkan ke Pesantren. Minimal kalau lulusan Madin di kampung tertentu ada 30 yang lulus, maka separonya (15 siswa) melanjutkan ke pesantren,” tandasnya.
Ke depan, pihaknya berharap kehadiran lembaga pendidikan diniyah di tengah masyarakat merupakan kebutuhan yang sangat penting. “Ini dalam rangka mewujudkan generasi berakhlakul karimah dengan dasar aqidah Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja) yang kuat,” tegasnya.
Kiai Sururi menambahkan, peserta yang hadir lebih kurang 100 orang terdiri dari 52 Kepala Madin, dan 43 Kepala TPQ, pengurus DPC FKDT Kab Brebes, Pengurus DPAC FKDT Kec Jatibarang.
“Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama antara BPJS Ketenagakerjaan, Kemenag Kabupaten Brebes, FKDT Kab Brebes, dan Badan Koordinasi (Badko) TPQ Brebes,” pungkasnya.
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua