Gerakan PCNU Batang Wujudkan Kemandirian Organisasi melalui Koin NU

PCNU Batang terus menggerakkan koin NU untuk mewujudkan kemandirian organisasi dan memberikan manfaat dan kemaslahatan bagi warga NU.

Batang, NU Online

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Batang menjadi salah satu projek pilot Koin NU Digital bersama NU Online Super App yang ditunjuk langsung Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf. Bahkan, Batang menjadi kabupaten pertama yang meluncurkan program ini, tepatnya pada Sabtu, 18 Januari 2025 lalu.


Ketua PCNU Batang Ahmad Munir Malik menaruh harapan besar inovasi ini dapat didukung Nahdliyin Batang di manapun berada untuk mewujudkan kemandirian organisasi. Sebab, hasilnya tentu bakal dirasakan manfaatnya oleh warga NU Batang sendiri.


“Kita sangat berharap semua pengurus khususnya, dan para kader inti NU se-Kab. Batang untuk secara serius mendukung Gerakan Koin NU Digital, karena jika gerakan ini masif maka manfaat yang akan dirasakan oleh warga NU dan masyarakat akan sangat banyak. Memang butuh keseriusan dan ketelatenan dalam mensukseskan gerakan ini,” kata Munir kepada NU Online Ahad (23/3/2025).


Gerakan Koin NU Digital Batang ini tidak dimulai dari nol. Sudah lebih dari satu dasawarsa, NU Batang menghimpun infak warganya untuk membangun kemandirian organisasi, bahkan hingga dapat mendirikan rumah sakit.


Tahun 2014 menjadi mula penggalangan dana massif untuk pendirian rumah sakit melalui infak dan wakaf tanah. Pada 28 Mei 2014, dalam peringatan Harlah Ke-91 NU, gerakan infak berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp430.249.000. Setahun kemudian, pada 20 Mei 2015, gerakan infak Harlah Ke-92 NU kembali menghimpun dana sebesar Rp443.553.900. Pada 20 Mei 2016, dalam momentum Harlah Ke-93 NU, dana yang berhasil dikumpulkan meningkat signifikan hingga mencapai Rp734.063.500.


Selain penggalangan infak, pada 15 September 2016, gerakan wakaf tanah secara kolektif dari seluruh warga NU Batang berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp2.264.137.600. Hingga akhir tahun 2016, total dana yang dihimpun melalui Gerakan Infaq dan Wakaf Tanah NU Batang telah mencapai lebih dari Rp4.279.650.000.


Dana tersebut kemudian digunakan untuk pembelian tanah dalam tiga tahap, yaitu tahap pertama sebesar Rp3.102.500.000, tahap kedua Rp200.000.000, dan tahap ketiga Rp863.380.000. Tanah dengan luas total lebih dari 2 hektare tersebut kemudian disepakati untuk diproyeksikan sebagai lokasi pembangunan Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (RSNU) Batang.

RSNU Batang di Jalan Raya Pantura, Sengon, Kecamatan Subah, Batang, Jawa Tengah yang masih dalam tahap pembangunan.

Pada konferensi tahun 2018, ketika KH Abdul Manaf terpilih sebagai rais syuriyah, ia menyatakan kesediaannya untuk mengemban amanah tersebut. Namun, kesediaan beliau disertai dengan satu syarat utama, yaitu bahwa seluruh Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) di Kabupaten Batang harus memberikan dukungan penuh terhadap rencana pendirian Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (RSNU). Dukungan dari seluruh MWCNU ini dianggap sebagai langkah krusial untuk memastikan bahwa pembangunan RSNU dapat berjalan dengan baik dan menjadi manfaat bagi masyarakat luas, khususnya warga NU di Kabupaten Batang.


Gerakan wakaf dan infak untuk RSNU terus berlanjut, dan pembangunan fisik rumah sakit dilakukan secara bertahap. Hingga akhir tahun 2023, pembangunan telah mencapai tahap pemasangan atap gedung tiga lantai dengan total biaya sementara lebih dari Rp12 miliar, yang sepenuhnya dihimpun dari warga NU Kabupaten Batang.


Sesuai keputusan rapat koordinasi antara PCNU dan MWCNU se-Kabupaten Batang, kelanjutan pembangunan hingga tahap operasional RSNU diserahkan kepada PCNU untuk bekerja sama dengan mitra atau investor.
 

Gedung RSNU Kabupaten Batang yang berlokasi di Jalan Raya Pantura, Sengon, Kecamatan Subah, masih dalam tahap pembangunan. Kehadiran RSNU ini diharapkan dapat menjadi fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, khususnya warga Nahdlatul Ulama dan masyarakat sekitar. "Pasca lebaran ini diharapkan proses negosiasi dg mitra investor dapat mencapai kesepakatan, dan dalam satu tahun ke depan proses pembangunan sudah berjalan dan tahun depan dapat persiapan menuju operasional," ujar Munir.


Secara khusus, gerakan Koin NU atau Kotak Infak NU di Batang telah dimulai pada tahun 2018. Di tahun tersebut, gerakan Koin NU mulai dicanangkan di 15 MWCNU se-Kabupaten Batang dengan pengelolaan oleh Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU). Gerakan ini berkembang cukup masif dan berhasil mendukung berbagai program, termasuk pengadaan mobil ambulans oleh PCNU dan hampir seluruh MWCNU di Kabupaten Batang.


Namun, sejak akhir tahun 2019, Gerakan Koin NU mengalami penurunan akibat pandemi, dan pascapandemi gerakan ini belum mampu pulih sepenuhnya seperti semula. Memasuki awal tahun 2025, berbagai upaya terus dilakukan untuk menghidupkan kembali Gerakan Koin NU, termasuk melalui inovasi Gerakan Koin NU Digital yang bekerja sama dengan NU Online.


“Koin NU sempat terjadi penurunan saat pandemi mulai akhir 2019, dan pasca pandemi pun gerakannya blm mampu bangkit sebagaimana semula. Di awal tahun 2025 ini berbagai ikhtiar dilakukan utk kembali membangkitkan gerakan koin, di samping ditambah dg gerakan Koin NU Digital bekerja sama dengan NU Online," kata Ahmad Munir Malik yang juga pernah menjabat Ketua LAZISNU Kabupaten Batang Masa Khidmah 2013-2018.

Ambulans PCNU Batang. (Foto: dokumentasi PCNU Batang)


Sejarah dan dinamika NU Batang

Ikhtiar NU Batang dalam mewujudkan kemandirian organisasi itu dilatari sejarah panjang. Bahkan sebelum berdiri NU di Batang, warga NU di sini semula berhimpun pada sebuah perkumpulan (organisasi) yang bernama Jam’iyyatun Nasikhin. Perkumpulan tersebut didirikan oleh KH Shiddiq Ismail untuk mewadahi para kiai, ulama, dan dai di Batang. Aktivitas perkumpulan ini tidak jauh dari kegiatan-kegiatan dakwah. Diperkirakan perkumpulan ini beraktivitas antara tahun 1930 – 1940-an. Misi perkumpulan Jam’iyyatun Nasikhin sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Nahdlatul Ulama yaitu sebagai sebuah organisasi yang mewadahi para ulama dan kiai.


Akses informasi pada masa itu masih sangatlah sulit sehingga dapat dipahami jika baru pada tahun 1949 secara resmi dibentuk kepengurusan NU di Batang. Rais Syuriyah yang pertama Adalah KH Shiddiq Ismail, pendiri Jam’iyatun Nasikhin itu yang didapuk sebagai rais syuriyah pertama dengan didampingi KH Bakir sebagai ketua tanfidziyahnya.


Tidak ada gambaran yang jelas mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan NU Batang pada fase awal pendiriannya. Namun jika dikaitkan dengan sejarah Indonesia yang pada masa itu masih dalam masa mempertahankan kemerdekaan dimungkinkan NU Batang juga terlibat aktif dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Menurut penuturan narasumber, KH Shiddiq Ismail juga bergabung dalam Laskar Hizbullah yang ikut berjuang melawan penjajah. Bahkan karena diburu penjajah, Kiai Shiddiq sampai harus mengungsi ke daerah Terban (Warungasem) dan ke salah satu santrinya di Wonosobo.


Saat NU berubah menjadi partai politik ketika keluar dari Masyumi, KH Abdul Wahab Chasbullah konon beberapa kali sempat berkunjung ke Pesantren Nahdlatut Tholabah Kauman, Batang guna bertemu dengan Kiai Shiddiq. Hal ini disinyalir dalam rangka memberikan arahan untuk memperkuat Partai NU di Batang. Namun sayangnya, tidak ada data mengenai perolehan suara Partai NU di Batang dalam Pemilu 1955 tersebut.


Di tahun 1960-an, diceritakan bahwa Partai NU juga sering melakukan ‘show of force’ di alun-alun Batang melalui kegiatan Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU, Gerakan Pemuda Ansor, dan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), seperti sepak bola api, rebana, dan marching band. Lalu terjadilah Peristiwa G30S di Jakarta yang disusul dengan penangkapan terhadap orang-orang yang dituduh terlibat PKI.


Beberapa narasumber menceritakan bahwa NU Batang – diakui atau tidak – terlibat secara langsung ataupun tidak langsung dalam penangkapan terhadap orang-orang yang dituduh PKI. Hal inilah yang kemudian diakui oleh Gus Dur pada tahun 1999 sehingga Gus Dur selaku Ketua Umum PBNU saat itu meminta maaf kepada para korban Tragedi Kemanusiaan 1965.


Pada tahun 1966, Batang secara resmi menjadi kabupaten sendiri berpisah dari Kabupaten Pekalongan. Pemisahan Batang dari Pekalongan tidak bisa dilepaskan dari peran NU sebagai parpol pada saat itu. Beberapa tokoh NU termasuk orang-orang yang memperjuangkan pembentukan Kabupaten Batang seperti Abutalkhah.


Pada masa awal Orde Baru, NU sempat mengalami ‘bulan madu’ dengan pemerintah Orde Baru. Orang-orang NU masih diberi kesempatan untuk menduduki jabatan-jabatan di pemerintahan seperti Departemen Agama. Sekitar tahun 1968 ketika jabatan Menteri Agama masih dipegang oleh orang NU, yakni KH Dahlan. Ada ratusan orang NU di Kabupaten Batang yang diangkat menjadi guru agama berstatus PNS melalui rekomendasi LP Ma’arif NU saat itu.


Namun lambat laun, NU dipandang sebagai salah satu kekuatan yang bisa mengancam kekuasaannya. Secara sistematis, NU semakin dipinggirkan dari percaturan politik nasional. Hal ini berimbas hingga ke daerah-daerah sehingga menyebabkan NU Batang pernah mengalami konflik internal.


Tekanan yang dilakukan rezim Orde Baru terhadap NU tersebut tidak hanya di bidang politik, tetapi juga merambah ke ranah sosial, budaya, dan pendidikan. Saat itu, semua hal yang berbau NU harus diganti termasuk nama-nama sekolah milik NU seperti Madrasah Nahdlatut Tholabah Kauman Batang yang dipaksa diubah menjadi Darul Ulum.


Adapun kepemimpinan PCNU Batang meliputi rais syuriyah dan ketua tanfidziyah dari periode ke periode adalah sebagai berikut.

 
  1. 1948 – 1952    KH Shiddiq Ismail dan KH Bakir
  2. 1952 – 1956    KH Bakir dan KH Busyairi
  3. 1956 – 1960    KH Abdurrahman dan KH Busyairi
  4. 1960 – 1964    KH Maqshudi dan Sonhaji
  5. 1964 – 1968    KH Maqshudi dan Sonhaji
  6. 1968 – 1972    KH Nasoha dan Sonhaji
  7. 1972 – 1976    KH Bakir dan Sonhaji
  8. 1976 – 1980    KH Busyairi dan H. Abbas Abrori
  9. 1980 – 1984    KH Busyairi dan H. Asqolani
  10. 1984 – 1988    KH Umar Hamdan dan H. Irfani
  11. 1988 – 1993    KH Umar Hamdan dan H. Irfani
  12. 1993 – 1998    KH A. Damanhuri Ya’qub dan H. Amin Basna
  13. 1998 – 2003    KH A. Damanhuri Ya’qub dan H. Syamsudin Ahmad
  14. 2003 – 2008    KH Abdul Manaf Sya’ir dan H. Syamsudin Ahmad
  15. 2008 – 2013    H. Syamsudin Ahmad dan H. Achmad Taufiq
  16. 2013 – 2018    KH Abdul Manaf Syair dan H. Achmad Taufiq
  17. 2018 – 2023    KH Abdul Manaf Syair dan H. Achmad Taufiq
  18. 2024 – 2029    KH Muhammad Luthfi dan Ahmad Munir Malik
     

Muhammad Asrofi
Kontributor

logo