Jakarta, NU Online
Dalam kehidupan pasti kita sering ditanya mengenai harapan di dalam hidup, baik keluarga miskin ataupun keluarga mapan jawabannya sama yaitu menginginkan keluarga yang hidup sejahtera dan bisa melewati tangga-tangga kehidupan agar terhindar dari kemiskinan.
Anggota Lembaga Perekonomian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LP PBNU) Vivi Alatas, menjelaskan pentingnya perilaku-perilaku kunci dalam melewati tangga-tangga kehidupan agar terhindar dari kemiskinan antargenerasi.
“Perilaku-perilaku kunci bisa membantu memastikan agar anak kita tidak terjerat kemiskinan antargenerasi, dimulai dari kehidupan awal usia dengan anak yang lahir sehat, tumbuh berkembang sehat dan cerdas,” jelasnya saat menjadi narasumber pada diskusi mendalam bertajuk Keluarga Sejahtera dalam Kongres Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (31/1/2025).
Tahap selanjutnya adalah ketika anak bersekolah, mereka harus sudah memiliki keterampilan dan pengetahuan yang tepat dan bermanfaat. Berikutnya, tahapan persiapan kerja yaitu individu harus belajar untuk menghindari kemalasan, bersiap untuk menjadi produktif.
Tahap selanjutnya adalah bekerja dengan target memiliki kehidupan sejahtera, mampu mempersiapkan usia tua, dan tahapan terakhir adalah di usia tua individu diharapkan sehat dan bahagia.
“Intinya kita butuh perilaku-perilaku kunci tadi karena tanpa perilaku kunci tadi kita tidak bisa berharap perubahan,” jelas Vivi.
Vivi juga mengatakan pentingnya pemanfaatan anggaran yang diberikan negara agar dampaknya dapat dirasakan semua pihak, misalnya anggaran pendidikan yang mencapai 20 persen maka penting untuk guru mengajar dengan baik.
Contoh lainnya, dana desa sebesar Rp1,5 miliar yang diberikan ke desa. Jika komunitas yang ada di desa dalam partisipasi tidak berjalan maka anggaran itu juga tentu tak akan terasa dampaknya.
Vivi kemudian menjelaskan tentang nudging yaitu konsep yang berfokus pada cara mempengaruhi tindakan manusia tanpa memaksakan pilihan. Konsep ini juga menjelaskan bahwa manusia sering kali terpengaruh oleh dua sistem berpikir yaitu think fast (sistem cepat) dan think slow (sistem lambat).
“Nudging berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku secara efektif, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, dengan cara yang tidak memaksa. Salah satu framework sederhana dalam nudging adalah mudah, menarik, berjamaah, dan tepat waktu,” terangnya.
Di sisi lain, Plt Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan bahwa kesejahteraan finansial berkaitan dengan kemaslahatan atau kesejahteraan keluarga.
“Dalam forum internasional di bawah Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) termasuk Indonesia yang diwakili OJK sepakat bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat literasi keuangan dan kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.
Ia menjelaskan, OJK memiliki tugas untuk mengatur, mengawasi, melindungi konsumen untuk membawa sektor keuangan lebih baik, dan tujuan akhirnya adalah pada kemaslahatan atau kesejahteraan masyarakat.
Lebih lanjut, Ismail menerangkan bahwa kesejahteraan tidak hanya mencakup aspek fisik tetapi juga jasmani dan rohani. Salah satu faktor yang mendukung kesejahteraan adalah literasi keuangan atau kemampuan dan pemahaman dalam mengelola keuangan.
“Kesejahteraan mencakup berbagai aspek, termasuk fisik, jasmani, dan rohani. Salah satu faktor yang mendukung kesejahteraan keluarga adalah literasi keuangan. Dengan mengelola keuangan lebih baik maka kemudian seorang ibu bisa memilih pilihan untuk menggunakan keuangan dan menggunakan berbagai produk layanan keuangan dengan baik,” ungkapnya.
Ismail juga menyinggung terkait meningkatnya kejahatan finansial secara signifikan. Salah satunya, pada periode Januari-Desember 2024 OJK menghentikan 3.240 entitas keuangan ilegal.
Karena itu, ia menyampaikan beberapa indikator untuk memastikan pinjaman online dengan legalitas perusahaan pastikan berizin, mekanisme peminjaman, dan layanan pengaduan nasabah yang jelas.
Perempuan, pendorong kesejahteraan keluarga
Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani Persero Arief Mulyadi menyampaikan bahwa perempuan menjadi pendorong kesejahteraan keluarga dan menjelaskan pendekatan kelompok yang memotivasi ibu rumah tangga dalam mengembangkan usaha.
“Karena perempuan memiliki sensitivitas tinggi terhadap kesejahteraan keluarga. Misalnya, ketika sepatu anak mereka rusak maka mereka akan segera membeli yang baru ketika ada uang. Selain itu, perempuan lebih banyak beraktivitas di rumah, memudahkan partisipasi dalam pertemuan mingguan,” katanya.
Arief menjelaskan strategi dengan mendorong sinergi antarkelompok sebagai sebuah ekosistem dalam membangun usaha berkelanjutan dan meningkatkan rasa percaya diri dibandingkan berusaha mandiri.
“Kami mendorong sinergi antarkelompok untuk membangun ekosistem usaha berkelanjutan. Kami tidak mensyaratkan jenis usaha tertentu di awal, tetapi secara bertahap mengarahkan nasabah ke potensi lokal,” paparnya.
Menurutnya, masyarakat di daerah terpencil seringkali kurang percaya diri. Melalui kelompok, Arief mengaku telah membangun kepercayaan diri dan solidaritas.
Pendekatan individu terkadang kurang efektif, tetapi dengan berkelompok. Mereka saling memotivasi untuk mengembangkan usaha.
"Inilah cara kami mewujudkan hikmat dan maslahat bersama dalam bingkai keluarga besar Indonesia," katanya.
Diketahui, PNM merupakan perusahaan yang berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui akses permodalan, pendampingan, dan program peningkatan kapasitas bagi pelaku usaha dan telah melayani total 21,9 juta nasabah dengan jumlah total nasabah aktif sebesar 15,8 juta.
Keseluruhan nasabah dari PNM merupakan perempuan atau ibu-ibu dari kelompok menengah dan kelompok pra sejahtera dengan 98 persen pendamping dari nasabah juga perempuan dan didominasi oleh Generasi Z.