Cirebon, NU Online
“Ingin menunjukkan para santri juga bisa kesenian angklung,” ujar Nuryatul Aliyah, ketua grup kesenian angklung Madrasah Aliyah Kempek, Cirebon, ketika ditanya kenapa para santri putri menyukai alat musik bambu tersebut.
<>
Nuryatul mengaku, sudah jarang sekolah dan pesantren yang mengajarkan kesenian khas Jawa Barat tersebut. “Apalagi di pesantren. Biasanya marawis,” tambahnya.
Tapi ternyata hal itu bukan berarti mereka tak menyukai kesenian yang pernah diklaim Malaysia tersebut, melainkan memang sudah jarang diajarkan.
Setelah ditetapkan sebagai ekstrakurikuler MA Kempek, “Angklung sangat diminati santri Kempek.”
Grup angklung tersebut didirikan 2010, atas prakarsa Ibu Najhah Barnamiz, salah seorang pengasuh pesantren. Kemudian mendatangkan pelatih dari Bandung, Ecep Taryana dan Agus Suryana.
Setelah tiga tahun berdiri, grup angklung tersebut pernah tampil di beragam acara, baik di pesantren atau di luar. “Misalnya pada pelantikan PW IPNU Jawa Barat di Bandung, dan seminar internasional yang dihadiri BJ Habibie di Kempek,” kata Nuryatul.
Ia mengaku, ada dua lagu favorit yang sering dibawakan grupnya, yaitu Warung Pojok karya Abdul Ajib dan Mojang Pringan yang dipopulerkan Nining Meida.
Untuk keberlanjutan, setiap tahun ajaran baru, eskul angklung menerima anggota baru.
Pada pembukaan Musyawarah Nasional (Munas NU) dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama 2012, grup angklung tersebut berkesempatan tampil di hadapan ribuan orang.
“Kami bangga,” jawab personil grup angklung tersebut serentak.
Penulis: Abdullah Alawi
Terpopuler
1
Alasan NU Tidak Terapkan Kalender Hijriah Global Tunggal
2
Khutbah Jumat: Bersihkan Diri, Jernihkan Hati, Menyambut Bulan Suci
3
Khutbah Jumat: Sambut Ramadhan dengan Memaafkan dan Menghapus Dendam
4
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Amalan Persiapan kangge Mapag Wulan Ramadhan
5
Khutbah Jumat: Optimisme Adalah Kunci Kesuksesan
6
Hukum Trading Crypto dalam Islam: Apakah Crypto Menguntungkan atau Berisiko?
Terkini
Lihat Semua