Unusia Luncurkan Center for Sino Nusantara Studies, Perkuat Riset Sejarah dan Diplomasi Budaya

Jakarta, NU Online

Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) resmi meluncurkan Center for Sino Nusantara Studies (CSNS) pada Rabu (10/12/2025) di Aula Jakoeb Oetomo Lantai 4 Kampus Unusia, Matraman, Jakarta. Peluncuran ini menjadi langkah strategis Unusia dalam memperkuat jejaring riset sejarah serta diplomasi budaya antara Indonesia dan Tiongkok.

Peluncuran CSNS dirangkai dengan sejumlah agenda akademik, antara lain launching edisi khusus Journal Islam Nusantara, pembukaan kursus Bahasa Mandarin, serta diskusi bertema hubungan Sino Nusantara dalam perspektif sejarah. Kegiatan tersebut dihadiri pimpinan universitas, akademisi lintas institusi, peneliti, tokoh masyarakat, serta mahasiswa.

Pelaksana Tugas (Plt) Rektor Unusia, Syahrizal Syarif, dalam sambutannya menekankan pentingnya dialog antarperadaban di tengah dinamika global. Menurutnya, pendirian CSNS merupakan lompatan penting bagi Unusia dalam mengembangkan diplomasi budaya berbasis kajian sejarah.

“Hari ini menunjukkan lompatan besar sehingga CSNS dapat berdiri. Fakultas Islam Nusantara adalah center of excellence di Indonesia. Unusia juga merupakan kampus yang berada langsung di bawah PBNU,” ujar Syahrizal dalam keterangan.

Ia menambahkan bahwa hubungan Indonesia dan Tiongkok memiliki akar sejarah panjang sejak abad ke-14. “Indonesia dan China memiliki sejarah panjang, sejak kedatangan Laksamana Ceng Ho ke Nusantara yang memberikan dampak luar biasa,” katanya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Islam Nusantara Unusia, Ahmad Suaedy, menjelaskan bahwa peluncuran CSNS merupakan bagian dari penguatan ekosistem akademik di lingkungan fakultas.

“Hari ini ada dua peluncuran penting, yaitu Special Issue Journal Islam Nusantara dan Center for Sino Nusantara Studies. Dukungan yang hadir sangat luas, mulai dari mahasiswa lintas kampus, tokoh komunitas Tionghoa seperti PITI, hingga para aktivis,” ungkapnya.

Peluncuran CSNS secara resmi dilakukan oleh Ahmad Suaedy. Pusat studi ini didirikan dengan latar belakang meningkatnya diskursus mengenai sejarah maritim Asia Tenggara, peran komunitas Tionghoa-Muslim, serta temuan riset terbaru yang menunjukkan kontribusi Tiongkok dalam proses awal Islamisasi Nusantara, bahkan sebelum masa Laksamana Zheng He.

CSNS memiliki sejumlah program utama, antara lain pengembangan bahasa dan budaya Mandarin, digitalisasi manuskrip serta riset hubungan Tiongkok-Nusantara, dan dialog akademik antara Konfusianisme dan Islam Nusantara. Pusat studi ini diharapkan menjadi ruang kolaborasi lintas disiplin dan lintas negara.

Acara peluncuran juga dimeriahkan dengan pentas Tari Lampung oleh mahasiswa Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI) Unusia serta pertunjukan Barongsai, yang merepresentasikan akulturasi budaya Nusantara dan Tionghoa dalam sejarah Indonesia.

Pada sesi akademik, Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman atau Yenny Wahid hadir sebagai keynote speaker. Ia menekankan pentingnya pendekatan budaya dan kemanusiaan dalam mempererat hubungan antarbangsa, sekaligus mengingatkan peran etnis Tionghoa dalam sejarah Indonesia dan nilai kebinekaan yang diwariskan Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Diskusi utama menghadirkan narasumber Sumanto Al Qurtuby, Saeful Hakam, dan Kathy Foley, dengan moderator Moh. Hasan Basri. Diskusi mengulas berbagai aspek hubungan Sino Nusantara, mulai dari teori masuknya Islam ke Indonesia, peran Muslim Tionghoa, hingga jaringan maritim dan tradisi Islam pesisiran.

Melalui peluncuran CSNS, Unusia menegaskan komitmennya untuk menjadi pusat kajian unggulan yang mendorong pemahaman sejarah, dialog lintas peradaban, serta diplomasi budaya yang inklusif dan berkelanjutan.