Warta

LDNU Adakan Halaqoh Dakwah

Selasa, 20 Desember 2005 | 04:27 WIB

Jakarta, NU Online
Rencana pemerintah tentang pengambilan sidik jari santri—terkait dengan maraknya aksi terorisme di Indonesia—membuat gerah kalangan pesantren dan kiai NU. Rencana itu dinilai mencurigai pesantren sebagai sarang teroris.

Untuk itu Rabu (21/12) besok Pengurus Pusat (PP) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) akan mengadakan halaqoh dakwah bertajuk Meneguhkan Dakwah yang Humanis dan Anti Teroris. Acara yang akan diselenggarakan di gedung PBNU itu merupakan upaya NU menunjukkan kepada publik bahwa pesantren bukanlah sarang terorisme.

<>

Akan hadir sebagai pembicara pada acara tersebut KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi, Ketua Komisi Fatwa MUI KH. Ma’ruf Amin dan Kepala Satgas Anti Teror Detasemen 88 Polri, Brigjen. Pol. Untung S. Rajab.

Ketua PP LDNU, KH. Nuril Huda mengatakan melalui acara itu NU akan menyosialisasikan kepada masyarakat dan khususnya kepada pemerintah bahwa pesantren tidak ada hubungannya dengan terorisme. NU, imbuh Kiai Nuril—demikian panggilan akrabnya—akan mengamkapanyekan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian, bukan kekerasan.

“Kita akan tunjukkan bahwa Islam adalah agama yang ‘ramah’, bukan agama ‘marah’. Islam adalah rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam),” tegas Kiai Nuril kepada NU Online di kantor PBNU, Jl Kramat Raya Jakarta Pusat, Senin (19/12).

Kiai Nuril, memastikan bahwa seluruh pesantren di Indonesia yang berada di bawah naungan NU tidak ada yang mengajarkan terorisme. “Dari 16 ribu pesantren di Indonesia yang berada di bawah naungan NU tidak ada yang mengajarkan terorisme, apalagi menjadi sarangnya,” tegasnya.

Pengambilan sidik jari santri itu, kata Kiai Nuril tidak hanya mencurigai pesantren sebagai sarang teroris, tapi sekaligus menyakiti kalangan pesantren dan umat Islam pada umumnya. “Itu sama dengan menyakiti pesantren,” ungkapnya. Tidak ada alasan bagi pemerintah untuk mencurigai pesantren sebagai sarang teroris, imbuh Kiai Nuril.

Meski Kapolri beberapa waktu lalu menyatakan bahwa tidak ada rencana pengambilan sidik jari, namun di beberapa pesantren di Jawa Barat sudah dilakasanakan. Hal itu, kata Kiai Nuril sudah cukup membuat resah masyarakat, khususnya kalangan pesantren. Tidak sedikit keluhan terkait persoalan tersebut yang disampaikan kepada Kiai Nuril, baik lewat telepon maupun surat.

“Ada apa ini. Pake ambil sidik jari santri segala. Kok kami dianggap teroris,” ujar Kiai Nuril menirukan keluhan yang disampaikan kalangan pesantren. (rif)