Warta TAUSIYAH YAUMIYAH RAMADHAN

Puasa Meneguhkan Jiwa Muslim

Ahad, 13 September 2009 | 09:15 WIB

Jakarta, NU Online
Meski panas terik semakin menyengat kala siang di musim kemarau ini, namun bukan berarti umat Islam harus meninggalkan atau membatalkan puasanya. Justru teriknya cuaca merupakan ujian yang semakin mempertebal keimanan orang-orang mukmin bila dapat melewatinya sambil berpuasa.

Dulu pun di zaman Rasulullah SAW justru umat Islam mengadapi beberapa beberapangan di bulan Ramadhan. Dalam cara yang tradisional, perang benar-benar ujian berat bagi siapa pun yang sedang berpuasa.<>

Demikian dinyatakan Ustadz Sulhan dalam tausiyah saat berbuka puasa bersama di Gedung PBNU Jl. Kramat Raya 164 Jakarta, Sabtu (12/9). Menurut Sulhan, Puasa adalah ujian untuk meneguhkan jiwa Muslim yang berkarakter kuat. Sehingga pantang surut berpuasa hanya karena panasnya cuaca.

"Dulu Rasulullah SAW juga memimpin pasukan dari Madinah ke daerah Tabuk ketika panas terik sedang berkecamuk, padahal umat Islam waktu itu sedang menjalani puasa Ramadhan. Alhamdulillah Perang Tabuk ini akhirnya dimenangkan oleh kaum muslimin," jelas Sulhan.

Lebih lanjut, dalam acara yang diselenggarakan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) secara rutin ini, ustadz Sulhan menjelaskan, puasa merupakan suatu ibadah yang berfungsi meneguhkan kepribadian seorang Muslim di ruang yang sangat privat. Sehingga kualitas puasa seorang hamba, sekaligus merupakan cerminan kualitas keimanan seorang Muslim.

"Bisa saja seseorang berbohong mengaku berpuasa dan menahan makan-atau minum di depan banyak orang, tapi ketika sendirian dia malah makan minum seenaknya. Atau bisa saja seseorang mengaku berpuasa, tetapi akhlak kesehariannya tidak berbeda dari hari-hari biasa. padahal, mestinya puasa dapat menghalanginya dari melakukan perbuatan tercela," tandas Sulhan. (min)