Daerah

Arus Utama Peradaban Dimulai dari Membaca

Kamis, 9 Oktober 2025 | 13:00 WIB

Arus Utama Peradaban Dimulai dari Membaca

Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah Malang KH Achmad Dhofir Zuhry (tengah) di Perpustakaan Pondok Pesantren Darussalam Martapura, Kalimantan Selatan, Rabu (8/10/2025) pagi. (Foto: Ahmad Mursyidi)

Martapura, NU Online

Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah Malang KH Achmad Dhofir Zuhry mengatakan bahwa peradaban dimulai dari membaca. Allah memperkenalkan diri dengan bacaan yakni Al-Qur'an dan Nabi Muhammad memahat serta membentuk kepribadian dengan literasi yakni hadits.


"Karena itu, arus utama pada Islam adalah peradaban qiraah (membaca) dan Al-Qur'an adalah bacaan yang agung," kata ulama yang akrab disapa Gus Dhofir itu saat Seminar Literasi bertajuk “Iqra’ dan Menulislah bersama Gus Dhofir” di Lantai 3 Perpustakaan Pondok Pesantren Darussalam Martapura, Kalimantan Selatan, Rabu (8/10/2025) pagi.


Dalam Ulumul Quran, ia menjelaskan bahwa tambahan alif dan nun itu sakral. Ia mencontohkan sesuatu yang sangat jauh dari Allah diistilahkan dalam bahasa Arab syatha (syaithan). Sementara pengetahuan yang tinggi diistilahkan dengan irfan yang berasal dari kata dasar arafa. Karenanya, Al-Qur’an dinamakan demikian, dengan tambahan alif dan nun di belakang, karena merupakan bacaan yang agung.


Lebih lanjut, Gus Dhofir menjelaskan bahwa cara membaca Al-Qur'an dibagi empat tahap, yakni qiraah, tilawah, tartil, dan tadabbur.


"Qiraah tidak ada objek atau maf'ul bih. Langsung saja iqra bismiqallazi khalaq. Jadi, Allah memperkenalkan diri sebagai khaliq (pencipta). Baru ayat yang ketiga sebagai karim. Iqra warabbukal akram. Kalau iqra saja betapa banyak ilmuwan, asatidz (kata jamak dari ustadz), dan intelektual menjadi ateis karena mereka hanya mengandalkan akal saja (iqra saja) tanpa bismi rabbika (menyebut nama Tuhanmu)," jelasnya.


Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Al-Farabi Malang, Jawa Timur ini juga mengatakan bahwa Islam menginisiasi dan menggagas lahirnya perubahan melalui membaca (qiraah), baru nanti membaca yang baik dan ia nukil dari seorang intelektual dan filsuf Hasan Hanafi yaitu membaca yang produktif, membaca untuk menulis, menginisiasi perubahan. Karena itu, tugas Al Quran adalah tilawah. 


"Membaca dengan tartil yang maknanya bersenandung sampai mendarah daging. Kemudian tadabbur ini artinya dubur, maknanya belakang. Membaca dengan merenung sampai jauh ke belakang awal penciptaan kita yang namanya tadabbur artinya merenung," ujar pengisi kajian tafsir secara langsung di NU Online itu.