Bela negara tidak hanya melulu soal perjuangan dengan mengangkat senjata. Bela negara merupakan kewajiban setiap warga negara sebagaimana diatur dalam undang-undang,
Demikian dalam Seminar Bela Negara yang dselenggarakan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Al Ghozali Semarang, Kamis (25/2) lalu Februari 2016.
Seminar yang diselenggarakan di Aula Fakultas Hukum (FH) Universitas Negeri Semarang dihadiri oleh para mahasiswa umum di lingkungan kota Semarang. Pemateri dalam seminar tersebut adalah Sekjend Jam’iyah Tarekat NU atau JATMAN KH M. Masroni, Wakil Rais Syuriyah PCINU Australia New Zealand Ali Formen Yudha, dan Staf khusus Pangdam IV/Diponegoro Kolonel Zaenal.
KH Masroni mengatakan, upaya bela negara harus diawali dengan pembangunan karakter dan jiwa keindonesiaan. “Apa artinya bangsa Indonesia kaya raya tapi jiwa keindonesiaannya tidak ada,” katanya.
Ia mengingatkan, salah satu bentuk pembangunan karakter bangsa adalah jangan mudah didikte oleh bangsa lain melalui penguasaan informasi.
Seminar Bela Negara ini diinisiasi oleh pertemuan ulama tarekat se-dunia di Pekalongan pada Januari lalu. Seminar ini memadukan aspek penting dalam bela negara, yaitu aspek fisik, rohani, dan akal.
Disampaikan dalam seminar itu bahwa bela negara merupakan kewajiban setiap warga negara sebagaimana diatur dalam undang-undang. Karena itu dalam seminar ini diangkat mengenai konsep bela negara dari berbagai perspektif.
Seminar dengan tema ‘Penguatan jati diri mahasiswa sebagai upaya resiliensi NKRI’ ini dibuka dengan pidato kunci dari Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Rodiyah Tangwun.
“Kebesaran Indonesia harus kita gali agar bangsa ini bangga dengan Indonesia. Upaya penguatan jatidiri bangsa Indonesia harus dimulai dengan penguatan jatidiri kita masing-masing,” demikian Rodiyah.
Seminar berlangsung cukup interaktif dengan keaktifan mahasiswa dalam menanggapi isu-isu perpecahan yang berkembang di Indonesia. Wakil Rais Syuriyah PCINU Australia New Zealand Ali Formen menutup dengan kalimat yang sederhana, “Aku cinta Indonesia, ku harap kau pun begitu”. Acara pun berakhir, dilanjutkan dengan sesi ramah tamah antara alumni PMII dan para pembicara. (Mukh. Imron Ali Mahmudi/Anam)