Majalengka, NU Online
Dunia kampus merupakan medan untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan mengokohkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), bukan malah menjadi kawah candradimuka lahirnya kader-kader radikal dan anti negara.
Demikian diungkapkan Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Barat Deni Ahmad Haidar pada Seminar Keagamaan bertema "Modernitas dalam Presfektif Islam dalam Menciptakan Keutuhan NKRI" yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), di Auditorium Universitas Majalengka, Sabtu (23/12).
Sebagai narasumber, pria yang akarrab disapa Kang Deni menjelaskan, betapa pentingnya mencintai Tanah Air sebagaimana yang dikumandangankan oleh para pendiri bangsa ini, khususnya para kiai NU.
"Hakikat cinta Tanah Air itu adalah cinta pada diri kita sendiri. Karena adanya kita, berasal dari tanah dan air yang ada di NKRI ini. Jadi, salah besar mereka yang akan merusak tanah airnya sendiri, padahal mereka dilahirkan di negeri ini," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa NKRI ini sudah bersyariat Islam dan tidak harus di dipaksakan untuk memformalkan dalam embel-embel NKRI bersyariat. Sejak berdirinya, semua unsur pembentuk NKRI itu sudah berdasarkan syariat islami, mulai dari dasar negara, sistem negara, maupun perundang-undangan yang ada.
"Mana coba di negeri tercinta ini yang tidak berlandaskan syariat islam. Jadi semuanya sudah dipikirkan matang-matang oleh pendahulu kita bahwa subtansi syariat Islam sudah ada semua di NKRI ini. Makanya para pemuda khususnya mahasiswa ini jangan terjebak pada retorika baru yang tidak berdasar dan tidak jelas. Nanti yang rugi kita sendiri lho," canda pria yang belum lama ini mengundurkan diri dari jabatan Ketua KPU Purwakarta demi konsentrasi mengurusi Ansor.
Terkait dengan modernisasi, Deni menjelaskan bahwa modern itu harus dimaknai bukan sekadar simbol-simbol baru yang sesuai dengan perkembangan zaman, melainkan harus dimaknai pada konsep diri untuk memandang jauh ke depan. Dengan konsep diri yang sudah terbangun tersebut, maka kita akan terus berpikir dan berusaha bagaimana menuju kehidupan yang lebih baik dan menjadi pemain bukan sekadar penonton.
"Untuk menjadi orang modern itu gampang kok, manakala kita sudah bisa melakukan semua hal secara efektif dan efisien, maka kita dipastikan jadi orang modern dan memainkan modernisasi saat ini," imbuhnya.
Di tempat yang sama, Presiden Mahasiswa BEM Universitas Majalengka Encu Shobari mengatakan, acara yang diselenggarakan dalam rangkaian memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW ini merupakan acara rutin tahunan yang digagas oleh para pengurus BEM sebagai bagian dari pengamalan ide dan kreativitas mahasiswa.
"Seminar ini akhir dari rangkaian kegiatan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang berjalan selama satu minggu ini", ungkapnya.
Ia juga menjelaskan sengaja mengadakan seminar keagamaan dengan mengangkat tema seperti ini sebagai upaya dirinya dan organisasinya untuk memberikan kesadaran dan kekuatan bagi keluarga besar Unma dalam memahami dan mengaplikasikan pentingnya menjaga keutuhan NKRI walapun dengan latar belakang yang berbeda baik dalam segi pandangan agama, sosial, ekonomi maupun budayanya.
"Dengan tema ini diharapkan kita semua paham dan mengamalkan betapa pentingnya menjaga NKRI walapun presfektif agama berbeda-beda dan dengan gaya modernitas yang berbeda. Semoga semua menjadi terbuka dan terjalin satu konsep untuh tentang kebangsaan di kampus tercinta ini," tambah aktvis PMII Majalengka ini dengan penuh harap.
Pihak Rektorat Unma beserta jajarannya, Ketua PC GP Ansor Majalengka Ahmad Cece Ashfiyadi beserta jajarannya, Ketua PC IPNU Ramlan, Fatayat NU, Muslimat NU, IPPNU, Banser dan ratusan mahasiswa perwakilan dari unsur organisasi kemahasiswaan Unma. (Aan/Edi/Abdullah Alawi)