Jutaan Rupiah Dihasilkan dari Pengolahan Sampah Pesantren Tebuireng
Kamis, 5 Januari 2023 | 10:30 WIB
Jombang, NU Onlone
Hari masih pagi, sang surya baru saja menampakkan diri pada Kamis (5/1/2023). Namun, sejumlah pria tampak sibuk memilah sampah yang baru diturunkan dari sepeda motor roda tiga. Mereka adalah karyawan Bank Sampah Tebuireng (BST).
BTS memiliki kantor di selatan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng. Bangunan kantor itu tampak sederhana dengan beberapa baner di bagian depan. Baner-baner itu berisi pesan KH Hasyim Asy'ari dan penjelasan tentang sampah.
BTS menjadi muara pengelolaan sampah yang ada di Pesantren Tebuireng dan lingkungan sekitar. Dengan semboyan 'Ubah Sampah Menjadi Berkah', BST bergerak masif mengelola sampah secara terencana.
Dewan Pembina BTS Agus Bambang Harimurti menjelaskan bahwa BST merupakan salah satu unit baru yang berada di bawah unit pemelihara lingkungan, bagian Sarana Prasarana, Yayasan Hasyim Asy'ari.
BTS mulai beroperasi secara mandiri sejak Juli 2022. Meskipun secara wujud sudah ada sejak era kepengasuhan KH Salahuddin Wahid (2006-2020).
Sebelum jadi unit baru, sejak 2013 BST berada dalam naungan unit Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT). Pendirian unit baru ini sebagai upaya agar BTS mengelola sampah dengan cara profesional sehingga ada nilai pendidikan dan ekonomis.
"Setelah mandiri kita melakukan penataan ulang. Dari mulai penataan manajemen organisasi, konsolidasi antar lembaga, pemenuhan sarana prasarana dan lain sebagainya," jelasnya.
Pria yang akrab disapa Gus Bambang ini menjelaskan bahwa lewat BTS, pihaknya ingin menanamkan kebiasaan hidup dengan lingkungan bersih dan memiliki kepekaan dengan lingkungan kepada keluarga besar Tebuireng serta masyarakat sekitar.
Hal tersebut juga sebagai upaya nyata bagaimana mewujudkan gaya hidup berkelanjutan dan mewariskan lingkungan yang sehat kepada generasi selanjutnya.
Bagi Gus Bambang, dalam proses menyadarkan dan mengajak masyarakat pesantren untuk memanfaatkan barang bekas sehingga bernilai ekonomis sangat mengasyikkan.
Masyarakat sekitar diajak mencari keuntungan lewat menjadi nasabah BST. Membuka lapangan pekerjaan baru, berkah, dan berlimpah. BTS memiliki pengepul, kerja sama dengan mitra yang menjadi penampung sampah.
"Dalam operasional ada lima orang untuk pengangkutan, tujuh orang pemilah, satu admin dan satu ketua," imbuhnya.
Selama beberapa bulan terakhir, tim BST melakukan pendataan ulang mengenai jumlah sampah yang datang, terpilah, dan terbuang. Serta pelatihan internal mengenai pemahaman jenis-jenis sampah yang mengandung nilai ekonomi. Hasil sampah pilahan sudah mulai dijual.
Sementara ini, BTS masih fokus menangani masalah sampah kering. Kedepan, sampah basah juga rencana akan dikelola dan dimanfaatkan secara profesional.
Pengolahan sampah juga melalui Waste to Energy, yakni sampah akan diolah menjadi bahan bakar refused derived fuel (RDF) atau solid recovered fuel (SRF) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pencampur (cofiring) batubara pada PLTU atau sebagai bahan bakar.
Per-Agustus 2022, BTS berhasil mengelola sampah sekitar 400 kilogram per hari, sebulan mencapai 12 ton. Dari sampah-sampah tersebut, BTS menghasilkan 10-12 juta rupiah.
"Pesantren Tebuireng memiliki sekitar 5000 santri, menghasilkan 4 ton sampah per hari. Kemudian dilakukan pemilihan, ada yang didaur ulang, dijadikan kompos, RDF dan lain sebagainya," imbuhnya.
Dalam proses kerja, Gus Bambang melibatkan sejumlah akademisi dari Universitas Hasyim Asy'ari. Kehadiran para pakar inilah, yang sedikit banyak ikut mewarnai kinerjanya yang cukup signifikan.
Tim BTS juga melakukan diskusi setiap Rabu siang, khususnya para akademisi Universitas Hasyim Asy'ari (Unhasy) Tebuireng. Mendiskusikan banyak hal termasuk rencana pembuatan produk seperti kompos, paving, tas, dan kerajinan dari sampah.
Ustadz Ahmad Faozan merupakan salah satu tim Gus Bambang. Ahmad Faozan setiap hari hadir ke BTS, kecuali saat mengajar di Unhasy dan kuliah doktor di Malang. Faozan tampak serius menceritakan bagaimana tata kelola sampah yang baik dan terencana.
Ke depan, pemilahan sampah di BST juga disiapkan menggunakan conveyor. Mesinnya sudah siap, menunggu bangunan baru yang sedang dalam tahap pembangunan.
"Kita akan lakukan pengembangan tempat baru di belakang Rumah Sakit Hasyim Asy'ari. Kita punya armada berwarna hijau khusus sampah basah. Armada kuning untuk sampah kering dan organik. Ada empat armada," ungkapnya.
Secara umum, kata Faozan, BTS mengelola sampah organik, sampah anorganik, dan sampah B3. Sampah organik yaitu kayu, daun, sisa makanan, ranting, kulit pisang, sisa sayuran, sisa potongan bawang, dan lainnya.
Sampah anorganik adalah bahan logam, plastik, kaca, karet, dan kaleng. Limbah B3 meliputi bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus.
"Sampah organik jadi kompos dan magot. Selama ini pengelolaan sampah di pesantren yang ada di Indonesia belum maksimal. Belum jadi perhatian khusus. Padahal secara agama, sudah diperintahkan hidup bersih dan sehat," tandasnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Kendi Setiawan