Kader NU Banyuwangi Ini Berhasil Dirikan 50 Pojok Baca Nahdliyin
Kamis, 27 Agustus 2020 | 12:35 WIB
Arif Budiman (kiri) saat meresmikan Pojok Baca Nahdliyin di Sukonatar-Srono, Banyuwangi. (Foto: dok. istimewa)
Jakarta, NU Online
Berawal dari keprihatinan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, Arif Budiman, kader NU di Banyuwangi menggagas berdirinya Pojok Baca Nahdliyin. Saat ini, program yang digerakannya itu telah berhasil mencapai 50 titik, baik pojok baca yang didirikan di masjid, musholla, majelis taklim, lembaga pendidikan, dan lain-lain.
“Alhamdulillah, sekarang ini sudah berdiri 50 Pojok Baca Nahdliyin,” kata Arif Budiman saat berkunjung ke Kantor Redaksi NU Online, Selasa (25/8) lalu.
Ia menjelaskan, Pojok Baca Nahdliyin merupakan perpustakaan mini yang didirikan dengan tujuan menambah minat baca sekaligus wawasan keilmuan bagi generasi muda. Sehingga tercipta generasi penerus bangsa yang berkualitas, berbudi pekerti luhur, toleran, dan cinta tanah air.
Arif menerangkan bahwa prinsip Pojok Baca ini ialah dari Nahdliyin, oleh Nahdliyin, dan untuk Indonesia. “Pojok Baca Nahdliyin Insyaallah akan berdiri diseluruh pelosok negeri tanpa terkecuali, tentu kontribusi Anda juga sangat berarti,” harapnya.
Arif bersama aktivis Pojok Baca Nahdliyin lainnya telah menyebarkan ratusan buku, terutama buku bertema ke-NU-an dan ke-Aswaja-an di berbagai daerah, yaitu dari Banyuwangi, Gresik, Semarang, Brebes, Cileungsi Bogor, hingga Tulangbawang Lampung.
“Semoga dari daerah-daerah ini, Islam yang tasamuh, tawasuth, tawazun, dan i'tidal yang menjadi ciri khas Islam Nusantara tetap terjaga,” ucapnya.
Arif menyampaikan terima kasih atas bantuan buku-buku, terutama buku bacaan bagi anak-anak dari para donatur. Buku-buku tersebut bermanfaat bagi tumbuh kembang anak-anak yang kelak akan menjadi generasi penerus bangsa.
“Dengan membaca, saya yakin buahnya akan lahir generasi-generasi baru yang cerdas, kritis, mampu menggunakan nalarnya secara lebih jernih. Generasi yang akan berani mengatakan say no to hoax, Insyaallah,” terangnya.
Ia juga berharap bahwa Pojok Baca Nahdliyin mampu menjadi washilah tumbuhnya kembali semangat literasi. Pojok Baca Nahdliyin ia dirikan di desa-desa dan bukan di kota.
“Alasannya cuma satu, yaitu karena gadget atau virus medsos tidak separah seperti yang telah menjangkiti Jakarta dan kota besar lainnya,” kata Arif.
Menurutnya, di desa masih banyak orang tua yang on time mendampingi putra-putri mereka. Dan keberadaan orang tua ini menjadi penting ketika anak mereka butuh sandaran untuk tempat bertanya mereka.
“Kami sediakan pula buku-buku agama dan ke-Aswaja-an bagi para bapak atau orang tua. Semoga dengan keberadaan buku bertema ke-Aswaja-an seperti ini, para bapak atau orang tua akan menjadi filter atau penyaring awal bagi informasi yang didapat oleh putra-putri mereka. Terutama yang berkaitan dengan masalah agama,” tandas Arif.
Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Muchlishon