Medan, NU Online
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara berharap, Konferensi Wilayah (Konferwil) XVII Nahdlatul Ulama (NU) Sumut, dapat mempertegas pemahaman Islam Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja). Sebab, sekarang ini paham Aswaja semakin meruncing dengan adanya paham-paham aliran tertentu, seperti Salafi, Wahabi dan paham radikal.
Hal itu dikatakan Sekretaris Umum MUI Sumut, Ardiansyah, Kamis (20/7), terkait akan digelarnya Konferwil XVII NU Sumut di Berastagi, Tanah Karo, Jumat (21/7) besok.
"Kita menginginkan negeri ini tetaplah dengan keahlussunah waljamaah-nya. Akidahnya Ahlussunnah Waljamaah dan fikihnya Mazhab Syafii. Adapun paham-paham yang muncul belakangan dan mencoba memaksakan pahamnya, itu berarti pemaksaan. Seharusnya, umat yang sudah baik ini, jangan lagi dirusak atau disimpangkan, tapi bagaimana dapat diberikan kebebasan mengamalkan paham yang sudah lama dianutnya," ujar Ardiansyah saat ditemui di Kantor MUI Sumut, Jalan MUI/Sutomo Ujung Medan.
Dia juga berharap, NU terus mencirikan keulamaannya secara khusus di tanah air dan secara umum di dunia Islam serta istiqamah dan konsisten dalam membela agama Allah.
Ardiansyah meyakini, Konferwil XVII NU Sumut nanti dapat menghasilkan rumusan-rumusan terbaik dan solutif, serta berterima di kalangan umat Islam di Indonesia. Sehingga bahtsul masail (pembahasan masalah-masalah) dan program kerja yang dihasilkan dapat menjadi rujukan di tanah air.
Kiprah orang-orang NU di MUI Sumut sendiri, menurut Ardiansyah, sudah tak diragukan lagi. Dia menunjuk kader-kader NU seperti Dr H Maratua Simanjuntak (Wakil Ketua Umum MUI Sumut), Dr H Imron Ritonga (Ketua Bidang Sosial dan Lingkungan Hidup MUI Sumut) dan KH Asnan Ritonga (Anggota Komisi Fatwa MUI Sumut) sangat aktif memberikan kontribusi postifi di MUI Sumut.
Diakuinya, ada sudut pandang yang berbeda dalam melihat NU. Namun perbedaan itu bukan untuk dibeda-bedakan dan diperuncing, namun bagaimana perbedaan itu dilihat sebagai pilihan-pilihan.
"Tentu tak semua orang bisa memahami pemikiran-pemikiran Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj. Namun perlu diingat bahwa di NU itu bukan hanya ketua umum, masih ada Rais 'Aam KH Ma'ruf Amin yang juga Ketua Umum MUI Pusat. Juga ada ulama-ulama Langitan yang sangat memberikan pengaruh pada umat Islam," tutur dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) ini.
Kalau ada polemik di media sosial terkait Ketum PBNU, tambah Ardiansyah, harus dicermati bahwa cuplikan yang ditampilkan mungkin sepotong-sepotong. Kalaupun pendapat beliau seperti itu, itu mungkin bagian dari pemikiran yang diusungnya. Tentunya, seseorang boleh saja berbicara apa saja, karena yang menilai Allah SWT.
Peraih doktor dari Universiti Malaya Malaysia ini berharap, pengurus baru PWNU Sumut nantinya tetap terus bersinergi dan mendukung program-program MUI Sumut.
"Kegiatan yang sangat menarik di konferensi itu bisanya bahtsul masail. Ini perlu diperkuat seperti NU di Pulau Jawa, bahwa bahtsul masail itu satu kajian yang sangat mencolok, idola dan primadona dalam setiap konferensi," harap peraih Lc dari sebuah universitas di Madinah, Arab Saudi dan MA dari Pascasarjana UINSU ini.
Menjadi panutan
Anggota Komisi X DPRI Sofyan Tan mengatakan, NU harus tetap menjadi panutan dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam bingkai Bahinneka Tunggal Ika.
Namun, dalam program-programnya ke depan harus mempertajam lagi pendidikan kebangsaan yang baik kepada seluruh nahdliyin. Pendidikan harus diberikan secara merata hingga ke pelosok desa. Karena basis NU mayoritas tinggal di pedesaan yang masih minim mengecam pendidikan. Dengan pendidikan yang baik maka warga nahdliyin akan semakin cerdas dalam mensikapi berbagai persoalan kebangsaan dan agama.
Menurut politisi PDI Perjuangan asal Kota Medan ini, pendidikan sebagai jalan untuk meningkatkan sumber daya manusia. "Jika sumber daya manusianya mumpuni, maka NU sebagai organisasi kemasyarakatan akan semakin besar dan terus memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi negeri ini," ujarnya.
Tidak dipungkiri, lanjut Sofyan Tan peran NU terhadap bangsa ini dalam menjaga Bhinneka Tunggal Ika sangat besar. Karena di bumi Indonesia ini hidup beragam suku, budaya, dan agama. "NU salah satu ormas yang konsisten untuk menjaga NKRI dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, dan ini harus terus dikembangkan. Jika tidak bisa menghagai perbedaan maka bangsa ini kembali mundur," tuturnya.
Konferwil NU akan berlangsung 21-23 Juli 2017 di Berastagi, dihadiri Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj dan dibuka oleh Gubsu HT Erry Nuradi. (Hamdani Nasution/Zunus)