Daerah

Korban Bencana di Sumatra Tembus 1.135 Jiwa, PWNU Aceh Desak Penanganan Serius dan Berkeadilan

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:00 WIB

Korban Bencana di Sumatra Tembus 1.135 Jiwa, PWNU Aceh Desak Penanganan Serius dan Berkeadilan

Lautan kayu yang terbawa banjir bandang di Aceh Tamiang, 24 Desember 2025. (Foto: NU Online/Suwitno)

Banda Aceh, NU Online

Jumlah korban meninggal dunia akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat terus bertambah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga hari ke-30 pascabencana, Jumat (26/12/2025) pukul 09.40 WIB, total korban meninggal dunia mencapai 1.135 jiwa. Sementara itu, 173 orang dilaporkan masih hilang dan sekitar 489 ribu warga terpaksa mengungsi di berbagai wilayah terdampak.


Berdasarkan data BNPB, bencana hidrometeorologi tersebut berdampak pada 52 kabupaten/kota di tiga provinsi. Di Aceh, Kabupaten Aceh Utara tercatat sebagai wilayah dengan jumlah korban meninggal tertinggi, yakni 205 orang. Selain itu, Aceh Tamiang mencatat 88 korban meninggal, Aceh Timur 57 orang, Bireuen 38 orang, serta sejumlah kabupaten lain yang juga mengalami dampak serius.


Selain korban jiwa, BNPB melaporkan kerusakan fisik dalam skala besar. Sebanyak 157.838 unit rumah warga mengalami kerusakan, dengan rincian 77.397 unit rusak ringan, sementara sisanya rusak sedang dan berat. Kerusakan juga terjadi pada fasilitas umum, jalan, jembatan, sarana pendidikan, serta rumah ibadah, yang berdampak langsung terhadap aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat.


Menanggapi kondisi tersebut, Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Aceh, Tgk H Asnawi M. Amin atau Gus Nawi, menilai tingginya jumlah korban menjadi peringatan serius bagi semua pihak, khususnya pemerintah, untuk melakukan penanganan bencana secara lebih sungguh-sungguh dan berkeadilan.


“Angka korban yang mencapai ribuan jiwa ini tidak boleh dipandang sebagai statistik semata. Di balik angka itu ada keluarga yang kehilangan orang tercinta, anak-anak yang kehilangan masa depan, serta masyarakat yang kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian,” ujar Gus Nawi kepada NU Online, Jumat (26/12/2025).


Ia menegaskan bahwa negara harus hadir secara nyata dalam seluruh tahapan penanganan bencana, mulai dari tanggap darurat, pemulihan, hingga rehabilitasi dan rekonstruksi. Menurutnya, kehadiran negara tidak boleh berhenti pada pendataan atau kunjungan seremonial, tetapi harus diwujudkan melalui kebijakan dan tindakan konkret yang dirasakan langsung oleh korban.


Gus Nawi juga menekankan pentingnya keadilan dalam distribusi bantuan. Ia menilai masih terdapat wilayah terdampak yang luput dari perhatian akibat faktor geografis dan keterbatasan akses.


“Jangan sampai ada korban yang merasa ditinggalkan. Semua wilayah terdampak, baik yang dekat pusat kota maupun di pelosok, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan bantuan dan pemulihan,” tegasnya.


Selain aspek kemanusiaan, PWNU Aceh menilai bencana ini harus menjadi momentum evaluasi serius terhadap tata kelola lingkungan, mitigasi bencana, serta pembangunan berkelanjutan. Gus Nawi mengingatkan bahwa bencana tidak semata-mata peristiwa alam, tetapi juga berkaitan erat dengan cara manusia memperlakukan lingkungan.


PWNU Aceh juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus memperkuat solidaritas sosial, gotong royong, dan kepedulian terhadap sesama. Warga Nahdliyin diimbau untuk terus menggalang doa, bantuan, serta memperkuat ketahanan sosial dan spiritual di tengah musibah.


“Musibah ini adalah ujian kemanusiaan bagi kita semua. Solidaritas, kepedulian, dan keadilan harus menjadi fondasi utama dalam proses pemulihan Aceh dan wilayah terdampak lainnya,” pungkasnya.

 

============

Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: filantropi.nu.or.id.