Daerah

Lebaran Bukan Berarti Serba Baru

Kamis, 16 Agustus 2012 | 13:17 WIB

Tegal, NU Online
Ketua MWC NU Dukuhwaru Kiai Hanafi menuturkan Lebaran bukan berarti serba baru, kalau lebaran serba baru itu bukan lebaran namanya. Hati kita yang harus baru, perilaku kita, amal kita bertambah baik, karena dalam bulan ramadhan ini kita telah melewati tiga tahap.

<>“Pertama yang biasa disebut sepuluh hari pertama pada bulan ramadhan adalah rahmat. Fase kedua atau sepuluh hari kedua di sebut magfiroh atau ampunan dari Allah SWT. Fase ketiga sama dengan sepuluh hari terakhir pada bulan ramadhan adalah itqu minan nar,” jelasnya pada kegiatan Tarawih Silaturahim GP. Ansor di Krasak Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal, Sabtu (11/8) malam di Masjid Baitul Muttaqin.

Dia melanjutkan, jika tiga fase itu dilalui dengan baik maka akan menjadi bertambah baru diri kita menuju yang lebih baik, bukan pakaian baru, perabotan rumah baru, atau seisi rumah tampak baru, bukan itu yang dimaksud tetapi, esensi hidup kita harus lebih berkualitas. 

Ia juga menjelaskan, di bulan Ramadan banyak peristiwa penting, yang menjadi pedoman hidup beragama, ada peristiwa Nuzulul Qur’an pada tanggal 17 Ramadan, di mana peristiwa diturunkanya kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur’an,  ada malam Lailatul Qodar, malam yang lebih baik dari seribu malam lainya, selain itu banyak lagi keagungan yang ada pada bulan ramadhan. 

“Khusus untuk bangsa Indonesia, bulan Ramadan juga ada peristiwa sangat bersejarah, yaitu kemerdekaan bangsa Indonesia yang terjadi juga pada bulan ramadhan tepatnya tanggal 17 Agustus 1945, bertepatan dengan hari jum’at tanggal 17 Ramadhan, peristiwa ini juga jangan sampai kita lupakan dari benak kita sebagai penerus cita-ciita bangsa,” jelasnya.

Pada kesempatan itu, Wakil Ketua PAC. Ansor Kecamatan Dukuhwaru mengatakan, tarhim ini sekalian juga sebagai moment dakwah bagi Ansor di Kecamatan Dukuhwaru sehingga, masyarakat juga bisa mengetahui peran Ansor, dengan harapan Ansor makin dicintai dan berkembang di masyarakat khususnya dikecamatan Dukuhwaru. 


Kontributor: Abdul Muiz                


Terkait